SELAMAT DATANG DIBLOG NOFI ANGGRAENI

Selasa, 02 April 2013

KESLING


Nama  :Nofi Anggraeni
NIM     :25010112120093
Kelas  :B

TUGAS DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN
1.    How do infections, intoxications, and toxin - mediated infections cause foodborne illness?
Bagaimana infeksi, intoksikasi, dan toksin infeksi dimediasi menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Jawab:
Infeksi bawaan makanan disebabkan ketika bahaya biologi dikonsumsi bersama dengan makanan. Infeksi makanan terjadi karena makan makanan yang mengandung organisme hidup yang mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus yang menimbulkan penyakit. Setelah menelan organisme patogen berkembang biak di perut korban atau usus dan menghasilkan gejala umum seperti infeksi seperti mual, sakit perut, demam, dan diare. Organisme yang menimbulkan infeksi makanan meliputi C. perfringens, Vibrioparahaemolyticus, dan sejumlah jenis Salmonella yang berlainan. Sebaliknya, peracunan makanan tidak disebabkan oleh menelan organisme hidup melainkan dengan kemasukan toksin atau substansi beracun yang di sekresi kedalam makanan. Dalam hal yang terakhir, organisme ini mungkin mati setelah pembentukan toksin dalam makanan, tetapi apabila toksinitu sendiri tidak dimusnahkan, peracunan makanan yang hebat dapat terjadi dari memakan makanan itu. Organisme yang menyebabkan peracunan makanan mencakup S. aureus, C. botulinum, dan B. cereus.
Intoksikasi adalah keracunan akibat mengonsumsi makanan yang mengandung  kimia beracun. Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup).
Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut, racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah. Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity).
Toksin infeksi dimediasi disebabkan oleh makan makanan yang mengandung mikroorganisme berbahaya yang menghasilkan racun sekali di dalam tubuh manusia. Toksin infeksi dimediasi berbeda dari keracunan karena toksin yang diproduksi di dalam tubuh manusia.

2.    What four groups of people tend to be most susceptible to foodborne illness?
Apa empat kelompok orang cenderung menjadi paling rentan terhadap penyakit bawaan makanan?
Jawab:
1)    Bayi anak usia prasekolah (4 tahun dan lebih muda)
2)    Ibu hamil
3)    Lansia - 65 tahun dan lebih tua
4)    Immunocompromised
5)    Orang yang memakai obat tertentu

3.    What are the three classes of foodborne hazards? Give an example of each class.
Apakah tiga kelas bahaya bawaan makanan? Berikan contoh masing-masing kelas. Jawab:
1)    Pencemaran Makanan Secara kimia
Berbagai fenomena yang berhubungan dengan keracunan makanan banyak kita jumpai, kasus yang cukup terkenal mengenai keracunan makanan oleh bahan kimia adalah tragedi Minamata Diseases. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada orang yang bertempat tinggal di sekitar teluk Minamata Jepang tahun 1953, penyakit ini disebabkan oleh senyawa Air Raksa (Hg) yang biasanya dihasilkan oleh bahan kimia yang dipakai dalam fungisida dan industri plastik dan limbahnya dibuang di sekitar teluk, masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan kerang yang ada di pinggir teluk tersebut terpapar dalam jangka waktu lama, yang pada akhirnya menimbulkan penyakit.
Di Indonesia kasus biskuit beracun yang terjadi tahun 1992 penambahan kandungan Sodium Nitrat yang berlebihan dalam biskuit. Nitrit yang menyebabkan keracunan pada anak-anak dan orang dewasa dalam bantuk kalium atau natrium biasanya dipakai sebagai bahan pengawet makanan. Misalnya dipakai untuk mengawetkan daging dengan mencegah pertumbuhan kuman yang bisa hidup tanpa oksigen (anaerob). Nitrit mengubah lingkungan kuman sehingga pertumbuhan kuman tidak memungkinkan. Pengolahan kue juga bisa memakai bahan pengawet ini, tapi ada batas tertentu yang bisa ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang Batas. Jika melebihi NAB akan menimbulkan efek keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kasus keracunan makan makanan ditinjau dari sudut kimia:
Makanan terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia
Kontaminasi karena bahan kimia sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan, seperti meleletakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang seyogyanya dipakai untuk kemasan dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa zat yang sering menimbulkan keracunan manusia adalah:
-       Zinc, terdapat pada perlatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak dengan bahan makan yang bersifat asam.
-       Insektisida, keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan yang masih mengandung residu pestisida, seperti pada sayuran dan buah-buahan.
-       Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd yang terdapat pada peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang bersifat asam.
-       Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email kelabu murahan.
Penggunaan zat aditif
Zat aditif bahan makanan biasanya digunakan secara sengaja, zat tambahan tadi dapat menyebabkan makanan lebih sedap, tampak lebih menarik, bau dan rasa lebih sedap, dan makanan lebih tahan lama (awet), tetapi karena makanan tersebut dapat berbahaya bagi manusia maka disebut zat pencemar. WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
-       Aman digunakan
-       Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri pengaruh yang diharapkan
-       Sangkil secara teknologi
-       Tidak boleh digunakan untuk menipu pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal
Pemakaian zat tambahan yang aman digunakan merupakan pertimbangan yang penting, walaupun tidak mungkin untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan yang digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua manusia dalam semua kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis, dan biokemis pada binatang percobaan yang diusulkan dapat dipakai sebagai dasar yang beralasan bagi penilaian pemakian suatu zat tambahan pada bahan makanan. Akan tetapi permasalahan yang sering muncul adalah pihak produsen makanan lebih mempertimbangkan segi untungnya dari dampak timbul bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang dihasilkannya. Karena pertimbangan ini sering terjadi pemalsuan dalam perdagangan makanan, kalau pemalsuan sebatas merk dagang yaitu dengan meniru nama produk yang digemari masyarakat tidak akan memberikan masalah yang besar bagi kesehatan masyarakat, tetapi bila pemalsuan tersebut bertujuan agar produk yang mestinya dibuang baik karena kesalahan produksi, maupun telah melebihi masa kadaluarsa, bila dipasarkan kembali akan sangant membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Ada beberapa cara pemalsuan yang sering terjadi dan ini dilakukan oleh penjual/produsen :
- Menghilangkan bau, seperti penambahan cuka pada ikan yang telah membusuk
- Memberikan kesegaran palsu, misalnya dengan menambahkan zat warna pada daging
- Menambahkan zat putih pada tepung
-Menambahkan tanggal kadaluarsa suatu produk
-Menyalurkan kembali makanan yang telah kadaluarsa melalui paket-paket hadiah atau parcel
Selain penyalahgunaan zat aditif tersebut bisa toksik pada seseorang yang mengonsumsi makanan dengan kandungan zat tambahan yang melebihi kadarnya dalam waktu relatif lama. Sifat toksik tersebut yang muncul setelah terpapar dalam rentang waktu relatif lama, seperti penggunaan sakarin dan siklamat (pemanis buatan) akan meracuni hati, penggunaan Monosodium Glutamat (penyedap rasa) akan merusak jaringan otak dan banyak bahaya zat tambahan lain yang bisa membahayakan kesehatan manusia.

Penggunaan bahan makanan seraca alamiah mengandung racun
Keracunan makanan bisa terjadi akibat racun secara alamiah terdapat dalam makanan itu sendiri, keracunan seperti itu terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan masyarakat yang mengonsumsinya, misalnya keracunan singkong karena adanya asam sianida (HCN) yang pada dosis tertentu bisa menyebabkan kematian. Singkong yang dikonsumsi tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya. Demikian juga dengan keracunan jengkol karena adanya kristal asam jenkolat yang bisa menyumbat saluran air seni apabila kandungan jengkolatyang terakumulasi dalam tubuh.
2)    Pencemaran Makanan Secara Biologi
Makanan yang disukai manusia pada umumnya disukai oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur yang menyerang bahan makanan yang mentah, seperti pada sayuran, buah-buahan, susu, daging, dan banyak makanan yang sudah dimasak seperti nasi, roti, kue, dan lauk pauk.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraiansehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya bahkan makan yang telah mengalami penguraian dapat menyebabkan sakit bahkan kematian. Bakteri yang tumbuh di dalam makanan mengubah makanan tersebut menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi mikroba pada berbagai jenis bahan pangan umumnya sangat spesifik, tergantung dari jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan, dan cara penyimpanannya dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan adalah berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam pangan dapat bersifat fisik, kimia atau biologis yang meliputi:
-       Faktor intrinsik, merupakan sifat fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.
-       Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada penganan dan penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas di atmosfer.
-       Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
-       Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat pengolhan bahan pangan, misalnya pemansan, pendingan, radiasi dan penambahan bahan pengawet.
Beberapa jenis /spesies dari bakteri saproba dan bakteri patogen dapat serta tumbuh dan berkembang biakdengan baik jika makanan yang dihinggapi itu mempunyai pH, kelembaban dan temperatur yang menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang dihasilkan ada dua, pertama dapat berupa enterotoksin, yaitu toksin yang mengganggu alat-alat pencernaan, kedua neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat syaraf kita. Diantara racun-racun tersebut racun yang dihasilkan oleh Clostridium Botulinum, seperti makanan dalam kaleng, spora-spora dari bakteri tidak mati dalam proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dari suhu yang menguntungkan, maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan toksin, racun yang dihasilkan itu tidak mengganggu alat pencernaan melainkan mengganggu urat saraf tepi, seperti racun Botulinum type A, B., C, D, dan E. Diduga Clostridium Welchii dan Perfringens juga menghasilkan Botulinum. Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah terjadi keracunan setelah mengkonsumsi tempe Bongkrek (dari ampas kelapa) , racun yang terdapat yaitu asam Bongkrek yang dihasilkah Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian di Jawa Barat keracunan Oncom yang terbuat dari kacanag tanah atau ampas tahu, sedang raginya berupa jamur Monilia Sitophiladari spesies jamur tak sempurna , keracunan terjadi dari jenis jamur Neurospora Sitophila. Makanan yang ditumbuhi Aspergillus Flavus dapat mengandung racun Aflatoksinyang berbahaya sekali jika sampai termakan, keracunan juga dapat diakibatkan karena memakan udang terutama pada kondisi orang tertentu. Perlakuan panas yang tidak cukup pada pengalengan daging seringkalimenyebabkan spora bakteri pembusuk jenis Clostridia anaerob mengalami germinasi. Pencemaran oleh Clostridium Aerofoeticum dan C. Welchii akan menimbulkan bau busuk. Bakteri fakultatif anaerob seperti Pseudomonas putrafaciens, Flavobakterium Elastolyticum atau Protues Vulganbis dapat menyebabkan dekomposisi protein yang akan menghasilkan campuran berbagai metabolit berbau busuk ini berasal dari pencemaran bahan-bahan organik yang mengandung senyawa nitrogen yang bobotmolekulnya rendah seperti asam amino dan protein.
Risiko akibat gangguan kesehatan akibat pencemaran bahan kimia adalah:
- Mutagen (perubahan gen)
- Teratogen (gangguan kesehatan)
- Karsinogen (menyebabkan kanker)
- Keracunan logam berat
- Alergi (residu antibiotik)

      3)   Pencemaran makanan secara fisik
Akibat pencemaran yang tidak disengaja, kelalaian personal/ salah handling/penangan makanan yg buruk. Dapat menimbulkan gangguan kesehatan, kesakitan/ luka pada konsumen.
Contoh: pecahan gelas, patahan tusuk gigi, perhiasan, rambut, kuku, tulang.
Sumber bahaya fisik:
-       Binatang pengerat, burung, serangga
-       Personal
-       Peralatan
-       Lingkungan
-       Air

4.    What are potentially hazardous foods (time - temperature control for safety foods)? What characteristics cause these foods to be frequently associated with foodborne disease outbreaks? And what is the temperature danger zone, and why is it important to food safety?
Apa makanan yang berpotensi berbahaya (waktu-suhukontrol untuk keselamatan makanan)? Apa karakteristik menyebabkan makanan ini menjadi sering dikaitkan dengan wabah penyakit bawaan makanan? Dan apazona bahaya suhu, dan mengapa itu penting untuk keamanan pangan?
Jawab:
Makanan berpotensi berbahaya adalah kondisi ketika kontaminasi bakteri dapat terjadi pada makanan mentah, dalam makanan dimasak yang belum ditangani, dan pada permukaan peralatan dan peralatan yang telah terkontaminasi oleh makanan hewani mentah, manusia, atau hama seperti serangga. Selain itu, produk makanan tertentu membutuhkan waktu dan kontrol suhu untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin. Bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit ketika mereka atau racun mereka dikonsumsi dengan makanan. Tidak seperti organisme pembusukan, bakteri patogen tidak biasanya mengubah cara makanan terlihat, selera, atau bau. Oleh karena itu orang makan makanan yang tercemar tidak mencurigai mereka membuka diri untuk agen yang dapat membuat mereka sakit.
Makanan yang berpotensi bahaya:
- Apabila ditinggalkan di ruangan yang hangat
- Apabila dipanaskan perlahan-lahan
- Selama proses pendinginan setelah dipanaskan
- Apabila terkena cahaya matahari di jendela-jendela toko
- Apabila saus/kaldu yang panas dituangkan pada makanan yang dingin

Suhu zona bahaya adalah pertumbuhan yang cepat biasanya terjadi ketika makanan yang diletakkan pada suhu antara 41 ° F dan 135 ° F (5 ° C dan 57 ° C). Ini adalah rentang suhu yang disebut sebagai zona bahaya suhu makanan.

5.    What is meant by poor personal hygiene, and how can it lead to foodborne illness?
Apakah kebersihan pribadi yang buruk, dan bagaimana hal itu bisa menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Jawab:
Yang dimaksud dengan kebersihan pribadi yang baik adalah hal yang paling utama dalam hidup, maksud dari kebersihan ini adalah kebersihan yang ada pada tubuh kita seperti kebersihan badan, muka, tangan, dan kaki harus bebas dari mikroba. Semua dilakukan agar kita bersih dan tetap sehat. Orang sehat juga dapat menjadi sumber mikroba, apabila kita tidak melakukan kebersihan itu setiap hari secara teratur maka dapat dikatakan kebersihan pribadi yang buruk karena kuman dan banyak lagi benda yang kita pegang tanpa kita diketahui benda itu mengandung kuman yang tidak baik untuk kesehatan.
Apabila kebersihan pribadi yang buruk ini tidak dikurangi maka pada saat kita tidak menjaga kebersihan makanan pada saat mengambil makanan contohnya tidak mencuci makanan sebelum dan sesudah mengambil makanan maka kuman-kuman yang ada ditangan kita itu akan menempel pada makanan-makanan kita itu sehingga pada makanan tersebut akan membawa penyakit yang akan ditularkan ke manusia lain. Oleh karena itu kebersihan pribadi yang baik sangat penting ketika menangani
makanan. Sehingga orang yang tidak berlatih kebersihan pribadinya secara baik merupakan ancaman utama terhadap keamanan pangan.

6.    What is cross - contamination, and what are some ways to prevent it?
Apa maksud dari kontaminasi silang dan bagaimana cara untuk mencegahnya?
Jawab:
Kontaminasi silang adalah proses perpindahan mikroba dari satu objek ke objek yang lain. Prosesnya bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung.




Kontaminasi silang dapat terjadi apabila:
-       Produk pangan yang sudah diolah tercemar kembali oleh cemaran dari bahan mentah yang masih kotor. Ini dapat terjadi karena produk pangan yang telah diolah diletakkan di dekat bahan mentah yang masih kotor.
-       Produk pangan tercemar kembali oleh cemaran dari meja kerja dan lingkungannya masih kotor.
-       Produk pangan yang tercemar kembali oleh cemaran dari meisn dan peralatan yang masih kotor, ini tejadi kalau peralatan yang masih kotor atau wadah-wadah yang belum dibersihkan diletakkan berserakan bercampur dengan produk pangan yang sudah diolah.
Cara mencegah kontaminasi silang:
-       Memisahkan makanan mentah dengan makanan siap santap.
-       Menjamin kebersihan peralatan yang digunakan.
-       Menyimpan makanan dalam wadah bersih dan tertutup.
-       Menjaga kebersihan tangan dan menerapkan praktek kebersihan pribadi yang baik.
-       Menjaga kebersihan dan pengendalian hama.

7.    Please discuss this statement: Access to healthy food is an environmental justice issue
Diskusikan pernyataan ini: Akses ke makanan sehat adalah masalah keadilan lingkungan!
Jawab:
Setiap orang memiliki keinginan untuk mengkonsumsi dan mendapatkan makanan yang sehat, bergizi dan memenuhi standar kebersihan yang baik. Kita hidup dalam lingkungan, yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan adalah bagian hidup manusia. Lingkungan sekitar kita sebenarnya telah menyediakan beragam kekayaan hayati untuk dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia. Hanya saja kemampuan dan keinginan manusia per individu berbeda dalam menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat. Bagi mereka yang peduli terhadap akses untuk mendapatkan makanan dalam standar tersebut, tentunya mereka akan berupaya dengan segala kemungkinan yang ada agar apa yang ia konsumsi sesuai dengan kebutuhan tubuh pada umumnya. Namun bagi yang tidak peduli, ia akan sulit menyadari pentingnya menjaga asupan makanan yang sehat sehingga apa yang ia makan tidak terseleksi dengan baik. Dalam hal ini keadilan lingkungan tidak mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya kecukupan asupan makanan sehat pada tiap individu karena pada dasarnya alam sudah menyediakannya untuk manusia, hanya saja semua tergantung dari masing-masing individu dalam menyeleksi apa yang akan masuk dalam tubuhnya.

8.    Describe about food safety problem in Indonesia. Please mention the references (minimum 5 ref)
Jelaskan tentang masalah keamanan pangan di Indonesia! (minimal 5 referensi)
Jawab:
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa masyarakat di dunia mengalami peningkatan jumlah orang yang kelaparan pada tahun 2010 menjadi 1 miliar, padahal tujuan dari MDG (Pembangunan Milenium) di bidang pangan menargetkan jumlah penduduk dunia yang kelaparan berkurang dari 800 juta jiwa tahun 2002 menjadi 400 juta tahun 2015. Namun hal ini tidak berhasil diwujudkan karena pada tahun 2010 penduduk dunia yang kelaparan  mengalami pert ambahan yang sangat banyak.
Ancaman krisis pangan nasional semakin bertambah karena adanya pemanasan global. Amerika Serikat mengalami kekeringan 60 persen wilayah pertaniannya, sehingga mempengaruhi persediaan pangan dunia hingga harga melonjak.
Indonesia sebagai negara yang jumlah penduduknya besar dan potensi sumber daya melimpah, kita perlu mengetahui bahwa negara lain ingin memanfaatkan Indonesia sebagai sumber bahan mentah sekaligus sebagai pasar bagi produksi negaranya. Maka perlu membangun kedaulatan pangan agar keberanian kita melakukan pilihan-pilihan yang mungkin pada jangka pendek terasa pahit , tetapi membuahkan kondisi yang baik pada jangka panjang. Sebaiknya lahan pertanian di Indonesia jangan dipersempit lagi agar produksi pangan tidak menurun. Melihat luasnya masalah, maka semua pihak yang terlibat perlu bergerak bersama membangun kemandirian dan kedaulatan pangan. 
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa krisis pangan di dunia itu diawali dari persediaan stok biji-bijian yang mencapai titik terendah, dimana produsen pangan di dunia terutama Amerika Serikat dan Rusia mengalami penurunan cadangan pangan cukup besar.
Kebijakan klasik yang diambil pemerintah terkait dengan krisis pangan adalah penurunan tarif impor hinggaa 0 persen. Kebijakan ini dipastikan tak akan efektif meredam kenaikan harga pangan kerena tarif impor saat ini sudah cukup rendah, padahal harga komoditas biji-bijian diluar beras masih akan terus meningkat. Solusi lain yang sering ditawarkan adalah meningkatkan luas areal pangan. Usulan ini selalu muncul setiap muncul masalah pangan di Indonesia. Segala rancangan-rancangan dibuat untuk memperbanyak lahan pertanian tetapi tidak ada konsistensi menjalankannya.
Maka perlu dilakukan untuk mengubah paradigma pembangunan pertanian dari orientasi produksi ke orientasi petani. Sejak Orde Baru hingga kini, petani hanya menjadi onyek kebijakan pertanian yang kadang dianggap adalah orang yang bahkan tidak mengerti tentang pertanian.
Upaya meretas krisis pangan di masa depan sangat terkait upaya meningkatkan hak dan kedaulatan petani. Prestasi petani Indonesia sebenarnya sudah cukup tinggi. Di wilayah ASEAN yang punya kemiripan tanah dan iklim, produktivitas padi dan jagung Indonesia tertinggi. Produktivitas kedelai juga sangat mungkin ditingkatkan. Melalui jaminan harga yang memadai, subsidi langsung kepada petani, perlindungan terhadap gagal panen, perlindungan terhadap kreativitas petani, dan pelibatan petani dalam perumusan kebijakan pertanian akan berdampak signifikan pada kegairahan petani dan bertani.
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa total anggaran untuk ketahanan pangan di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013 sebesar Rp 83 triliun tidak memadai. Anggaran itu tiga kali lebih rendah daripada belanja pegawai sebesar Rp 241 triliun. Hak warga atas pangan juga terancam dengan adanya pengkavelingan wilayah pesisir. Reklamasi dan pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) sebagai contoh dari pengkavelingan tersebut.
Padahal pengkavelingan itu telah mempersempit akses nelayan tradisional atas wilayah tangkap. Kondisi ini membuat kapal-kapal pencuri ikan bebas keluar masuk di wilayah perairan Indonesia. Kiara (Keadilan Perikanan) mencatat, sejak 2001 hingga Agustus 2012, sudah ada 2.469 kapal pencuri ikan yang tertangkap. Pencurian ikan tersebut membuat ketersediaan sumber daya ikan menipis.
Pada bacaan ini dinyatakan bahwa harapan Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat atas pangannya masih jauh. Pasalnya, upaya untuk mewujudkan hal itu masih rendah. Ini terbukti dari Rencana Kerja Pembangunan (RKP) dan Anggaran Pangan 2012-2013. Adapun kenaikan dalam dana anggaran dan program, akan tetapi program ini tidak menyentuh langsung inti permasalahan yang dihadapi rakyat. Karena sebagian besar dana anggaran itu tidak langsung dinikmati para petani. Maka negara telah gagal melihat masalah pangan di Indonesia. Pemerintah tidak memperbesar anggaran untuk petani atau nelayan kecil, tetapi mengundang investor. Selain itu, pemerintah tidak melihat potensi lokal, tetapi terus meningkatkan impor.
Pemerintah lebih banyak membangun pelabuhan perikanan berskala besar. Sementara itu, nelayan kita adalah nelayan tradisional. Seharusnya, program yang dibuat untuk menyejahterakan nelayan Indonesia adalah merevitalisasi tempat pelelangan ikan. Sehingga upaya-upaya untuk menyejahterakan nelayan, tidak optimal, dan tidak tepat sasaran. Yang ada malah pemberian bantuan yang rentan diselewengkan. Menteri-menterinya justru mengambil kesempatan ini untuk memperkokoh kekuatan partai politiknya.
Indonesia, seperti juga dengan negara-negara lain, mengalami ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim global yang ekstrem dan tantangan penyediaan energi terbarukan yang penyediaan bahan bakunya bersumber dari bahan pangan. Bahkan, persoalan ketahanan pangan dalam situasi iklim yang berubah dan bioenergi telah menjadi tema untuk memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Dengan merujuk pada tema internasional tersebut, tema nasional di hari pangan adalah Ketahanan Pangan, Perubahan Iklim, Bioenergi dan Kemandirian Petani.
Selain itu, masalah pangan dan kekurangan gizi, di sisi lain juga terjadi kecenderungan masalah gizi lebih dan kegemukan (obese). Rikesda menemukan ada sebanyak 20 persen bayi dan balita yang mengalami gizi lebih, dan 12,6 persen kegemukan. Keadaan ini dapat menjadi dilemma dalam upaya pembangunan gizi. Di Indonesia masalah gizi lebih dan obesitas pada anak belum mendapat perhatian yang cukup karena pemerintah masih disibukkan oleh masalah gizi kurang. Meskipun demikian, obesitas pada anak perlu mendapat perhatian karena prevalensinya cenderung terus meningkat dan memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Oleh karena itu, strategi dan program yang terarah berdasar pada hasil pemikiran dan penelitian multi sektor dan multi disiplin sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan pangan dan gizi.

Daftar Pustaka
A. Tresna Sastrawijaya, MSc. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. 1991.
Achmad Djaeni Sediaoetama, Prof.DR.MSc. Ilmu Gizi Dian Rakyat jilid II. Jakarta, 1989.
Alan Berg and Robert J. Muscat. Faktor Gizi. Bharata Karya Aksara. Jakarta, 1987.
Anomim, Food Protection Services , Ensuring Food Safety Haccpway. Bc Central For Disease Control, An Agency Of The Health Servce Authority, Tahun 2009.
Anomim, Minimum Cooking Food Temperatures and Holding Times.
FDA 2001 Food Code and Wisconsin Food Code: 3-501.11 Frozen Food and 3-501.16, Potentially Hazardous Food, Hot and Cold Holding.
Majalah Kesehatan, edisi III, 1992.
Siagian Albiner. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Tahun 2002.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar