Nama :Nofi Anggraeni
NIM :25010112120093
Kelas :B
TUGAS
DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN
1.
How do infections, intoxications,
and toxin - mediated infections cause foodborne illness?
Bagaimana infeksi, intoksikasi, dan toksin infeksi
dimediasi menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Jawab:
Infeksi bawaan makanan disebabkan
ketika bahaya biologi dikonsumsi bersama dengan makanan. Infeksi makanan terjadi karena makan makanan yang
mengandung organisme hidup yang mampu sembuh
atau bersporulasi dalam usus yang menimbulkan penyakit. Setelah menelan organisme
patogen berkembang biak di perut korban atau usus dan menghasilkan gejala umum
seperti infeksi seperti mual, sakit perut, demam, dan diare. Organisme
yang menimbulkan infeksi makanan meliputi C. perfringens, Vibrioparahaemolyticus,
dan
sejumlah jenis Salmonella yang berlainan. Sebaliknya, peracunan makanan tidak disebabkan oleh menelan organisme
hidup melainkan dengan kemasukan toksin atau substansi beracun yang di
sekresi kedalam makanan. Dalam hal yang terakhir,
organisme ini mungkin
mati setelah pembentukan toksin dalam makanan, tetapi apabila toksinitu sendiri tidak dimusnahkan, peracunan makanan yang
hebat dapat terjadi dari
memakan makanan itu. Organisme
yang menyebabkan peracunan makanan mencakup S. aureus, C. botulinum, dan B.
cereus.
Intoksikasi adalah keracunan akibat
mengonsumsi makanan yang mengandung
kimia beracun. Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida masuk ke
dalam tubuh organisme (jasad hidup).
Melalui
kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam
sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut,
racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah.
Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat
langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan
CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute
toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula
terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan racun
penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity).
Toksin infeksi dimediasi disebabkan
oleh makan makanan yang mengandung mikroorganisme berbahaya yang menghasilkan
racun sekali di dalam tubuh manusia. Toksin infeksi dimediasi berbeda dari
keracunan karena toksin yang diproduksi di dalam tubuh manusia.
2.
What four groups of people tend
to be most susceptible to foodborne illness?
Apa empat kelompok orang cenderung menjadi paling rentan terhadap
penyakit bawaan makanan?
Jawab:
1)
Bayi anak usia prasekolah (4 tahun dan
lebih muda)
2)
Ibu hamil
3)
Lansia - 65 tahun dan lebih tua
4)
Immunocompromised
5)
Orang yang memakai obat tertentu
3.
What are the three classes of
foodborne hazards? Give an example of each class.
Apakah tiga kelas bahaya bawaan makanan? Berikan contoh
masing-masing kelas. Jawab:
1)
Pencemaran Makanan Secara kimia
Berbagai
fenomena yang berhubungan dengan keracunan makanan banyak kita jumpai, kasus
yang cukup terkenal mengenai keracunan makanan oleh bahan kimia adalah tragedi
Minamata Diseases. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada orang yang
bertempat tinggal di sekitar teluk Minamata Jepang tahun 1953, penyakit ini
disebabkan oleh senyawa Air Raksa (Hg) yang biasanya dihasilkan oleh bahan
kimia yang dipakai dalam fungisida dan industri plastik dan limbahnya dibuang
di sekitar teluk, masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan kerang yang ada di
pinggir teluk tersebut terpapar dalam jangka waktu lama, yang pada akhirnya
menimbulkan penyakit.
Di
Indonesia kasus biskuit beracun yang terjadi tahun 1992 penambahan kandungan
Sodium Nitrat yang berlebihan dalam biskuit. Nitrit yang menyebabkan keracunan
pada anak-anak dan orang dewasa dalam bantuk kalium atau natrium biasanya
dipakai sebagai bahan pengawet makanan. Misalnya dipakai untuk mengawetkan
daging dengan mencegah pertumbuhan kuman yang bisa hidup tanpa oksigen
(anaerob). Nitrit mengubah lingkungan kuman sehingga pertumbuhan kuman tidak
memungkinkan. Pengolahan kue juga bisa memakai bahan pengawet ini, tapi ada
batas tertentu yang bisa ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang Batas. Jika
melebihi NAB akan menimbulkan efek keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya.
Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kasus keracunan makan makanan ditinjau
dari sudut kimia:
Makanan terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia
Kontaminasi karena bahan kimia
sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan, seperti meleletakkan pestisida
dengan bahan makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga
sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa pestisida dan kelalaian
memasukkan bahan kimia yang seyogyanya dipakai untuk kemasan dimasukkan ke
dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan makanan dengan kadar yang
berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa zat yang sering menimbulkan
keracunan manusia adalah:
-
Zinc, terdapat pada perlatan dapur
akan mengalami reduksi bila kontak dengan bahan makan yang bersifat asam.
-
Insektisida,
keracunan ini
terjadi karena mengkonsumsi makanan yang masih mengandung residu pestisida,
seperti pada sayuran dan buah-buahan.
-
Cadmium, keracunan ini bisa terjadi
karena Cd yang terdapat pada peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang
bersifat asam.
-
Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang
dilapisi dengan email kelabu murahan.
Penggunaan
zat aditif
Zat aditif bahan makanan biasanya
digunakan secara sengaja, zat tambahan tadi dapat menyebabkan makanan lebih
sedap, tampak lebih menarik, bau dan rasa lebih sedap, dan makanan lebih tahan
lama (awet), tetapi karena makanan tersebut dapat berbahaya bagi manusia maka
disebut zat pencemar. WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi
kriteria sebagai berikut:
-
Aman digunakan
-
Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri
pengaruh yang diharapkan
-
Sangkil secara teknologi
-
Tidak boleh digunakan untuk menipu
pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal
Pemakaian zat tambahan yang
aman digunakan merupakan pertimbangan yang penting, walaupun tidak mungkin
untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan yang digunakan
secara khusus tidak toksik bagi semua manusia dalam semua kondisi, paling tidak
pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis, dan biokemis pada
binatang percobaan yang diusulkan dapat dipakai sebagai dasar yang beralasan
bagi penilaian pemakian suatu zat tambahan pada bahan makanan. Akan tetapi
permasalahan yang sering muncul adalah pihak produsen makanan lebih mempertimbangkan
segi untungnya dari dampak timbul bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi
makanan yang dihasilkannya. Karena pertimbangan ini sering terjadi pemalsuan
dalam perdagangan makanan, kalau pemalsuan sebatas merk dagang yaitu dengan
meniru nama produk yang digemari masyarakat tidak akan memberikan masalah yang
besar bagi kesehatan masyarakat, tetapi bila pemalsuan tersebut bertujuan agar
produk yang mestinya dibuang baik karena kesalahan produksi, maupun telah
melebihi masa kadaluarsa, bila dipasarkan kembali akan sangant membahayakan
bagi kesehatan masyarakat. Ada beberapa cara pemalsuan yang sering terjadi dan
ini dilakukan oleh penjual/produsen :
- Menghilangkan bau, seperti
penambahan cuka pada ikan yang telah membusuk
- Memberikan kesegaran palsu, misalnya
dengan menambahkan zat warna pada daging
- Menambahkan zat putih pada tepung
-Menambahkan tanggal kadaluarsa suatu
produk
-Menyalurkan kembali makanan yang
telah kadaluarsa melalui paket-paket hadiah atau parcel
Selain penyalahgunaan zat
aditif tersebut bisa toksik pada seseorang yang mengonsumsi makanan dengan
kandungan zat tambahan yang melebihi kadarnya dalam waktu relatif lama. Sifat
toksik tersebut yang muncul setelah terpapar dalam rentang waktu relatif lama,
seperti penggunaan sakarin dan siklamat (pemanis buatan) akan meracuni hati,
penggunaan Monosodium Glutamat (penyedap rasa) akan merusak jaringan otak dan
banyak bahaya zat tambahan lain yang bisa membahayakan kesehatan manusia.
Penggunaan
bahan makanan seraca alamiah mengandung racun
Keracunan makanan bisa terjadi
akibat racun secara alamiah terdapat dalam makanan itu sendiri, keracunan
seperti itu terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan masyarakat yang mengonsumsinya,
misalnya keracunan singkong karena adanya asam sianida (HCN) yang pada dosis
tertentu bisa menyebabkan kematian. Singkong yang dikonsumsi tidak dicuci
dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya. Demikian juga dengan keracunan
jengkol karena adanya kristal asam jenkolat yang bisa menyumbat saluran air
seni apabila kandungan jengkolatyang terakumulasi dalam tubuh.
2)
Pencemaran Makanan Secara Biologi
Makanan yang disukai manusia pada
umumnya disukai oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur yang
menyerang bahan makanan yang mentah, seperti pada sayuran, buah-buahan, susu,
daging, dan banyak makanan yang sudah dimasak seperti nasi, roti, kue, dan lauk
pauk.
Makanan yang telah dihinggapi
mikroorganisme itu mengalami penguraiansehingga dapat mengurangi nilai gizi dan
kelezatannya bahkan makan yang telah mengalami penguraian dapat menyebabkan
sakit bahkan kematian. Bakteri yang tumbuh di dalam makanan mengubah makanan
tersebut menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi mikroba pada
berbagai jenis bahan pangan umumnya sangat spesifik, tergantung dari jenis
bahan pangannya, kondisi lingkungan, dan cara penyimpanannya dalam batas-batas
tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan adalah berpengaruh terhadap
ketahanan bahan pangan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba dalam pangan dapat bersifat fisik, kimia atau biologis yang meliputi:
-
Faktor intrinsik, merupakan sifat
fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh bahan pangan tersebut, seperti
kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.
-
Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi
lingkungan pada penganan dan penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban,
susunan gas di atmosfer.
-
Faktor implisit, merupakan sifat-sifat
yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
-
Faktor pengolahan, karena perubahan
mikroba awal sebagai akibat pengolhan bahan pangan, misalnya pemansan,
pendingan, radiasi dan penambahan bahan pengawet.
Beberapa jenis /spesies dari
bakteri saproba dan bakteri patogen dapat serta tumbuh dan berkembang
biakdengan baik jika makanan yang dihinggapi itu mempunyai pH, kelembaban dan
temperatur yang menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang dihasilkan ada
dua, pertama dapat berupa enterotoksin, yaitu toksin yang mengganggu alat-alat
pencernaan, kedua neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat syaraf kita.
Diantara racun-racun tersebut racun yang dihasilkan oleh Clostridium Botulinum,
seperti makanan dalam kaleng, spora-spora dari bakteri tidak mati dalam proses
pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dari suhu yang menguntungkan,
maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan
toksin, racun yang dihasilkan itu tidak mengganggu alat pencernaan melainkan
mengganggu urat saraf tepi, seperti racun Botulinum type A, B., C, D, dan E.
Diduga Clostridium Welchii dan Perfringens juga menghasilkan Botulinum.
Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah terjadi keracunan setelah mengkonsumsi
tempe Bongkrek (dari ampas kelapa) , racun yang terdapat yaitu asam Bongkrek
yang dihasilkah Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian di Jawa Barat keracunan
Oncom yang terbuat dari kacanag tanah atau ampas tahu, sedang raginya berupa
jamur Monilia Sitophiladari spesies jamur tak sempurna , keracunan terjadi dari
jenis jamur Neurospora Sitophila. Makanan yang ditumbuhi Aspergillus Flavus
dapat mengandung racun Aflatoksinyang berbahaya sekali jika sampai termakan,
keracunan juga dapat diakibatkan karena memakan udang terutama pada kondisi orang
tertentu. Perlakuan panas yang tidak cukup pada pengalengan daging
seringkalimenyebabkan spora bakteri pembusuk jenis Clostridia anaerob mengalami
germinasi. Pencemaran oleh Clostridium Aerofoeticum dan C. Welchii akan
menimbulkan bau busuk. Bakteri fakultatif anaerob seperti Pseudomonas
putrafaciens, Flavobakterium Elastolyticum atau Protues Vulganbis dapat
menyebabkan dekomposisi protein yang akan menghasilkan campuran berbagai
metabolit berbau busuk ini berasal dari pencemaran bahan-bahan organik yang
mengandung senyawa nitrogen yang bobotmolekulnya rendah seperti asam amino dan
protein.
Risiko akibat gangguan kesehatan akibat
pencemaran bahan kimia adalah:
- Mutagen (perubahan gen)
- Teratogen (gangguan kesehatan)
- Karsinogen (menyebabkan kanker)
- Keracunan logam berat
- Alergi (residu antibiotik)
3) Pencemaran
makanan secara fisik
Akibat pencemaran yang tidak
disengaja, kelalaian personal/ salah handling/penangan makanan yg buruk. Dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, kesakitan/ luka pada konsumen.
Contoh: pecahan gelas, patahan tusuk
gigi, perhiasan, rambut, kuku, tulang.
Sumber bahaya fisik:
-
Binatang pengerat, burung, serangga
-
Personal
-
Peralatan
-
Lingkungan
-
Air
4.
What are potentially hazardous
foods (time - temperature control for safety foods)? What characteristics cause
these foods to be frequently associated with foodborne disease outbreaks? And
what is the temperature danger zone, and why is it important to food safety?
Apa
makanan yang berpotensi berbahaya (waktu-suhukontrol
untuk keselamatan makanan)? Apa karakteristik menyebabkan
makanan ini menjadi sering dikaitkan dengan wabah penyakit bawaan makanan?
Dan apazona bahaya suhu, dan mengapa itu
penting untuk keamanan pangan?
Jawab:
Makanan
berpotensi berbahaya adalah kondisi ketika kontaminasi bakteri dapat terjadi
pada makanan mentah, dalam makanan dimasak yang belum ditangani, dan pada
permukaan peralatan dan peralatan yang telah terkontaminasi oleh makanan hewani
mentah, manusia, atau hama seperti serangga. Selain itu, produk makanan
tertentu membutuhkan waktu dan kontrol suhu untuk membatasi pertumbuhan
mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin. Bakteri patogen dapat
menyebabkan penyakit ketika mereka atau racun mereka dikonsumsi dengan makanan.
Tidak seperti organisme pembusukan, bakteri patogen tidak biasanya mengubah
cara makanan terlihat, selera, atau bau. Oleh karena itu orang makan makanan
yang tercemar tidak mencurigai mereka membuka diri untuk agen yang dapat
membuat mereka sakit.
Makanan
yang berpotensi bahaya:
-
Apabila ditinggalkan di ruangan yang hangat
-
Apabila dipanaskan perlahan-lahan
-
Selama proses pendinginan setelah dipanaskan
-
Apabila terkena cahaya matahari di jendela-jendela toko
-
Apabila saus/kaldu yang panas dituangkan pada makanan yang dingin
Suhu
zona bahaya adalah pertumbuhan yang cepat biasanya terjadi ketika makanan yang
diletakkan pada suhu antara 41 ° F dan 135 ° F (5 ° C dan 57 ° C). Ini adalah
rentang suhu yang disebut sebagai zona bahaya suhu makanan.
5. What is meant by poor personal hygiene, and how
can it lead to foodborne illness?
Apakah kebersihan pribadi yang
buruk, dan bagaimana hal itu bisa menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Jawab:
Yang dimaksud dengan kebersihan
pribadi yang baik adalah hal yang paling utama dalam hidup, maksud dari
kebersihan ini adalah kebersihan yang ada pada tubuh kita seperti kebersihan
badan, muka, tangan, dan kaki harus bebas dari mikroba. Semua dilakukan agar
kita bersih dan tetap sehat. Orang sehat juga dapat menjadi sumber mikroba,
apabila kita tidak melakukan kebersihan itu setiap hari secara teratur maka
dapat dikatakan kebersihan pribadi yang buruk karena kuman dan banyak lagi
benda yang kita pegang tanpa kita diketahui benda itu mengandung kuman yang
tidak baik untuk kesehatan.
Apabila kebersihan pribadi yang buruk
ini tidak dikurangi maka pada saat kita tidak menjaga kebersihan makanan pada
saat mengambil makanan contohnya tidak mencuci makanan sebelum dan sesudah
mengambil makanan maka kuman-kuman yang ada ditangan kita itu akan menempel
pada makanan-makanan kita itu sehingga pada makanan tersebut akan membawa
penyakit yang akan ditularkan ke manusia lain. Oleh karena itu kebersihan
pribadi yang baik sangat penting ketika menangani
makanan. Sehingga orang yang tidak berlatih kebersihan pribadinya secara baik merupakan ancaman utama terhadap keamanan pangan.
makanan. Sehingga orang yang tidak berlatih kebersihan pribadinya secara baik merupakan ancaman utama terhadap keamanan pangan.
6. What is cross - contamination, and what are some
ways to prevent it?
Apa maksud dari kontaminasi
silang dan bagaimana cara untuk mencegahnya?
Jawab:
Kontaminasi silang adalah proses
perpindahan mikroba dari satu objek ke objek yang lain. Prosesnya bisa terjadi
secara langsung maupun tidak langsung.
Kontaminasi
silang dapat terjadi apabila:
-
Produk pangan
yang sudah diolah tercemar kembali oleh cemaran dari bahan mentah yang masih
kotor. Ini dapat terjadi karena produk pangan yang telah diolah diletakkan di
dekat bahan mentah yang masih kotor.
-
Produk pangan
tercemar kembali oleh cemaran dari meja kerja dan lingkungannya masih kotor.
-
Produk pangan
yang tercemar kembali oleh cemaran dari meisn dan peralatan yang masih kotor,
ini tejadi kalau peralatan yang masih kotor atau wadah-wadah yang belum
dibersihkan diletakkan berserakan bercampur dengan produk pangan yang sudah
diolah.
Cara mencegah kontaminasi silang:
-
Memisahkan
makanan mentah dengan makanan siap santap.
-
Menjamin
kebersihan peralatan yang digunakan.
-
Menyimpan
makanan dalam wadah bersih dan tertutup.
-
Menjaga
kebersihan tangan dan menerapkan praktek kebersihan pribadi yang baik.
-
Menjaga
kebersihan dan pengendalian hama.
7. Please discuss this statement: Access to
healthy food is an environmental justice issue
Diskusikan pernyataan ini: Akses
ke makanan sehat adalah masalah keadilan lingkungan!
Jawab:
Setiap orang memiliki keinginan untuk
mengkonsumsi dan mendapatkan makanan yang sehat, bergizi dan memenuhi standar
kebersihan yang baik. Kita hidup dalam lingkungan, yang berarti bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam lingkungan adalah bagian hidup manusia. Lingkungan
sekitar kita sebenarnya telah menyediakan beragam kekayaan hayati untuk
dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia. Hanya saja kemampuan
dan keinginan manusia per individu berbeda dalam menyadari pentingnya
mengkonsumsi makanan yang sehat. Bagi mereka yang peduli terhadap akses untuk
mendapatkan makanan dalam standar tersebut, tentunya mereka akan berupaya
dengan segala kemungkinan yang ada agar apa yang ia konsumsi sesuai dengan
kebutuhan tubuh pada umumnya. Namun bagi yang tidak peduli, ia akan sulit
menyadari pentingnya menjaga asupan makanan yang sehat sehingga apa yang ia
makan tidak terseleksi dengan baik. Dalam hal ini keadilan lingkungan tidak
mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya kecukupan asupan makanan sehat pada tiap
individu karena pada dasarnya alam sudah menyediakannya untuk manusia, hanya
saja semua tergantung dari masing-masing individu dalam menyeleksi apa yang
akan masuk dalam tubuhnya.
8. Describe about food safety problem in Indonesia.
Please mention the references (minimum 5 ref)
Jelaskan tentang masalah keamanan
pangan di Indonesia! (minimal 5 referensi)
Jawab:
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa masyarakat di dunia mengalami
peningkatan jumlah orang yang kelaparan pada tahun 2010 menjadi 1 miliar,
padahal tujuan dari MDG (Pembangunan Milenium) di bidang pangan menargetkan
jumlah penduduk dunia yang kelaparan berkurang dari 800 juta jiwa tahun 2002
menjadi 400 juta tahun 2015. Namun hal ini tidak berhasil diwujudkan karena
pada tahun 2010 penduduk dunia yang kelaparan
mengalami pert ambahan yang sangat banyak.
Ancaman krisis pangan nasional semakin bertambah karena adanya pemanasan
global. Amerika Serikat mengalami kekeringan 60 persen wilayah pertaniannya,
sehingga mempengaruhi persediaan pangan dunia hingga harga melonjak.
Indonesia sebagai negara yang
jumlah penduduknya besar dan potensi sumber daya melimpah, kita perlu
mengetahui bahwa negara lain ingin memanfaatkan Indonesia sebagai sumber bahan
mentah sekaligus sebagai pasar bagi produksi negaranya. Maka perlu membangun
kedaulatan pangan agar keberanian kita melakukan pilihan-pilihan yang mungkin
pada jangka pendek terasa pahit , tetapi membuahkan kondisi yang baik pada
jangka panjang. Sebaiknya lahan pertanian di Indonesia jangan dipersempit lagi
agar produksi pangan tidak menurun. Melihat luasnya masalah, maka semua pihak
yang terlibat perlu bergerak bersama membangun kemandirian dan kedaulatan
pangan.
Pada bacaan ini
dijelaskan bahwa krisis pangan di dunia itu diawali dari persediaan stok
biji-bijian yang mencapai titik terendah, dimana produsen pangan di dunia
terutama Amerika Serikat dan Rusia mengalami penurunan cadangan pangan cukup
besar.
Kebijakan klasik
yang diambil pemerintah terkait dengan krisis pangan adalah penurunan tarif
impor hinggaa 0 persen. Kebijakan ini dipastikan tak akan efektif meredam
kenaikan harga pangan kerena tarif impor saat ini sudah cukup rendah, padahal
harga komoditas biji-bijian diluar beras masih akan terus meningkat. Solusi
lain yang
sering ditawarkan adalah meningkatkan luas areal pangan. Usulan ini selalu
muncul setiap muncul masalah pangan di Indonesia. Segala rancangan-rancangan
dibuat untuk memperbanyak lahan pertanian tetapi tidak ada konsistensi
menjalankannya.
Maka
perlu dilakukan untuk mengubah paradigma pembangunan pertanian dari orientasi
produksi ke orientasi petani. Sejak Orde Baru hingga kini, petani hanya menjadi
onyek kebijakan pertanian yang kadang dianggap adalah orang yang bahkan tidak
mengerti tentang pertanian.
Upaya
meretas krisis pangan di masa depan sangat terkait upaya meningkatkan hak dan
kedaulatan petani. Prestasi petani Indonesia sebenarnya sudah cukup tinggi. Di
wilayah ASEAN yang punya kemiripan tanah dan iklim, produktivitas padi dan
jagung Indonesia tertinggi. Produktivitas kedelai juga sangat mungkin
ditingkatkan. Melalui jaminan harga yang memadai, subsidi langsung kepada
petani, perlindungan terhadap gagal panen, perlindungan terhadap kreativitas
petani, dan pelibatan petani dalam perumusan kebijakan pertanian akan berdampak
signifikan pada kegairahan petani dan bertani.
3)
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/13/090429245/Anggaran-Pangan-Rp-83-Triliun-Dinilai-Tak-Cukup
Pada
bacaan ini dijelaskan bahwa total anggaran untuk ketahanan pangan di Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013 sebesar Rp 83 triliun tidak
memadai. Anggaran itu tiga kali lebih rendah daripada belanja pegawai sebesar
Rp 241 triliun. Hak warga atas pangan juga terancam dengan adanya
pengkavelingan wilayah pesisir. Reklamasi dan pembangunan tanggul laut raksasa
(giant sea wall) sebagai contoh dari pengkavelingan tersebut.
Padahal pengkavelingan itu telah mempersempit akses
nelayan tradisional atas wilayah tangkap. Kondisi ini membuat kapal-kapal
pencuri ikan bebas keluar masuk di wilayah perairan Indonesia. Kiara (Keadilan
Perikanan) mencatat, sejak 2001 hingga Agustus 2012, sudah ada 2.469 kapal
pencuri ikan yang tertangkap. Pencurian ikan tersebut membuat ketersediaan
sumber daya ikan menipis.
Pada bacaan ini dinyatakan bahwa harapan
Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat atas pangannya masih jauh.
Pasalnya, upaya untuk mewujudkan hal itu masih rendah. Ini terbukti dari
Rencana Kerja Pembangunan (RKP) dan Anggaran Pangan 2012-2013. Adapun kenaikan
dalam dana anggaran dan program, akan tetapi program ini tidak menyentuh
langsung inti permasalahan yang dihadapi rakyat. Karena sebagian besar dana
anggaran itu tidak langsung dinikmati para petani. Maka negara telah gagal
melihat masalah pangan di Indonesia. Pemerintah tidak memperbesar anggaran
untuk petani atau nelayan kecil, tetapi mengundang investor. Selain itu,
pemerintah tidak melihat potensi lokal, tetapi terus meningkatkan impor.
Pemerintah lebih banyak membangun pelabuhan perikanan berskala besar.
Sementara itu, nelayan kita adalah nelayan tradisional. Seharusnya, program
yang dibuat untuk menyejahterakan nelayan Indonesia adalah merevitalisasi
tempat pelelangan ikan. Sehingga upaya-upaya untuk menyejahterakan nelayan,
tidak optimal, dan tidak tepat sasaran. Yang ada malah pemberian bantuan yang
rentan diselewengkan. Menteri-menterinya justru mengambil kesempatan ini untuk
memperkokoh kekuatan partai politiknya.
Indonesia, seperti juga dengan
negara-negara lain, mengalami ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim
global yang ekstrem dan tantangan penyediaan energi terbarukan yang penyediaan
bahan bakunya bersumber dari bahan pangan. Bahkan, persoalan ketahanan pangan
dalam situasi iklim yang berubah dan bioenergi telah menjadi tema untuk
memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Dengan merujuk pada tema internasional
tersebut, tema nasional di hari pangan adalah Ketahanan Pangan, Perubahan
Iklim, Bioenergi dan Kemandirian Petani.
Selain itu,
masalah pangan dan kekurangan gizi, di sisi lain juga terjadi kecenderungan
masalah gizi lebih dan kegemukan (obese). Rikesda menemukan ada sebanyak 20
persen bayi dan balita yang mengalami gizi lebih, dan 12,6 persen kegemukan.
Keadaan ini dapat menjadi dilemma dalam upaya pembangunan gizi. Di Indonesia
masalah gizi lebih dan obesitas pada anak belum mendapat perhatian yang cukup
karena pemerintah masih disibukkan oleh masalah gizi kurang. Meskipun demikian,
obesitas pada anak perlu mendapat perhatian karena prevalensinya cenderung
terus meningkat dan memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Oleh karena itu,
strategi dan program yang terarah berdasar pada hasil pemikiran dan penelitian
multi sektor dan multi disiplin sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan
pangan dan gizi.
Daftar
Pustaka
A. Tresna Sastrawijaya, MSc. Pencemaran
Lingkungan. Rineka Cipta.
Jakarta. 1991.
Achmad
Djaeni Sediaoetama, Prof.DR.MSc. Ilmu Gizi Dian Rakyat jilid II. Jakarta, 1989.
Alan
Berg and Robert J. Muscat. Faktor
Gizi. Bharata Karya
Aksara. Jakarta, 1987.
Anomim, Food
Protection Services , Ensuring Food Safety Haccpway. Bc Central For Disease
Control, An Agency Of The Health Servce Authority, Tahun 2009.
Anomim, Minimum
Cooking Food Temperatures and Holding Times.
FDA 2001 Food Code
and Wisconsin Food Code: 3-501.11 Frozen Food and 3-501.16, Potentially
Hazardous Food, Hot and Cold Holding.
Majalah
Kesehatan, edisi III, 1992.
Siagian Albiner. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber
Pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Tahun 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar