SELAMAT DATANG DIBLOG NOFI ANGGRAENI

Rabu, 11 Desember 2013

Information and Technology in Public Health Perspective



Information and Technology in Public Health Perspective
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintah dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat, merambah pada semua aspek kehidupan, tak terkecuali pada bidang kesehatan, tepatnya pada bidang Public Health. Meskipun awalnya dari ilmu dan teknologi komunikasi, namun dengan berkembangnya teknologi komputer baik software maupun kemampuan hardware-nya, terjadilah pergeseran paradigma yang berkembang pada tatanan masyarakat dimana terbentuk suatu tatanan masyarakat informasi, yang mana menjadikan informasi sebagai salah satu aspek dan pilar terpenting dalam kehidupan.
Teknologi informasi dalam perspektif Public Health sangat penting, dimana pada era ini adalah era globalisasi. Di era globalisasi ini, teknologi juga akan menjadi kata kunci, perubahan teknologi akan bergerak dengan cepat. Karena teknologi baik software maupun hardware adalah faktor risiko kesehatan, maka akan terjadi perubahan masalah kesehatan yang sangat massive dan cepat.
Public Health disini lebih bergerak pada bidang promotif dan preventif, dengan adanya teknologi dan informasi sangat membantu dalam kegiatan promotif dan preventif tersebut. Sebagi contoh, kita sebagai SKM melakukan penyuluhan mencuci tangan yang benar sebagai salah satu upaya PHBS pada anak-anak SD, kita dapat menggunakan pemanfaatan teknologi informasi dalam penyuluhan tersebut, misal dengan kita menggunakan video cara mencuci tangan terlebih dahulu sebelum ke actionnya. Video tersebut membantu pemahaman anak-anak SD tersebut dibanding kita hanya berbicara pada saat penyuluhan, video tersebut tentunya dibuat sesuai penalaran anak-anak SD tersebut supaya mereka mudah mencerna apa isi dari video tersebut.
Selain itu ada dampak negatif teknologi informasi pada perspektif Public Health, misalnya seorang SKM bekerja di puskesmas, semuanya sudah memanfaatkan adanya teknologi informasi, namun hal tersebut dapt membuat seseorang menjadi malas, ada saatnya kita bekerja dengan menggunakan teknologo informasi dan ada saatnya tidak. Penggunaan teknologi informasi juga bisa memengaruhi kesehatan SKM yang bekerja pada puskesmas tersebut, misalnya gangguan mata, atau gangguan kesehatan lainnya. Hal-hal tersebut harus diperhatikan supaya tidak mengganggu aktivitas pekerja puskesmas itu. Dari pembahasan tersebut, teknologi informasi pada perspektif Public Health bermacam-macam, perspektif positif dan negatif. Dihimbau dengan adanya teknologi informasi sekarang ini, kita sebagai calon SKM harus lebih bisa menggunakan pemanfaatan teknologi  informasi, baik pada bagian kesling, epidemiologi, biostatistik, K3, AKK, AKK, dan PKIP.





Senin, 08 April 2013

Tugas Ekokes



TUGAS EKOLOGI KESEHATAN

Disusun Oleh:
Debora Marta Siahaan            25010112120092
Nofi Anggraeni                       25010112120093
Anissatul Khafidzoh               25010112120094
Dian Febrina Hutahuruk         25010112120095
Mega Nur Cahyaningsih         25010112120096
Devi Sarah Silaban                  25010112120097
Kusuma Handayani                25010112130098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

1.    Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.  Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop.
Contohnya adalah binatang laut seperti ikan paus, ikan hiu habitatnya adalah air laut. Hutan adalah habitat bagi tumbuhan atau hewan yang tinggal di hutan seperti pohon pinus, singa, harimau.
2.    Niche ecology
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Relung/ niche  menentukan bagaimana spesies memberi tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan pemangsa dalam suatu ekosistem.
Contohnya adalah dalm sebuah kolam yang agak luas terdapat 3 spesies katak, yaitu katak hijau, bullfrog dan bangkong. Si katak hijau pemakan nyamuk saja, si bangkong pemakan nyamuk, capung dan laba2, sedangkan si bullfrog memakan nyamuk, capung, laba2, ikan dan tikus.
Sifat interaksi antara si katak hijau, katak bangkong dan katak bullfrog, itu tergantung dari tiga hal yaitu :
1.            Daerah/ruang sumber penunjang kehidupan (yang disebut niche breadth)
2.            Penggunaan sumber penunjang yang sama (yang disebut niche overlap)
3.            jumlah penunjang yang tersedia bagi populasi
Dalam hal ini niche atau relung merupakan profesi organisme dalam habitatnya, misalnya :
             dalam mencari nutrisi atau energi
             kecepatan metabolisme
             pertumbuhannya
             reproduksinya
             pengaruhnya pada organisme lain
             peranannya dalam mempengaruhi ekosisitem


3.    Individu
Individu berasal dari bahasa latin yaitu in (tidak) dan dividuus (dapat dibagi) jadi individu merupakan bagian organisasi  kehidupan yang tidak dapat dibagi lagi.
Contohnya adalah padi, manusia, harimau, ikan lele dan lain-lainnnya.
4.       Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu.
Contoh:
Di sebuah kolam, ada ikan, teratai, dll.
Di hutan hidup, ada harimau, kijang, dll.
5.       Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan denganindividu dan populasi.
Contoh:
Populasi ikan, populasi ganggang dan populasi hewan di sekitarnya membentuk komunitas terumbu karang.
6.       Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Contoh:
Daratan: hutan tropis, hutan konifer, gurun pasir, savana, lahan pertanian.
Perairan (akuatik): danau, sungai, laut.
Peralihan antara daratan dan perairan: lahan basah (rawa, hutan bakau pesisir).




7. Siklus Biogeokimia
Biogeokimia dalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus antara komponen biosfer yang hidup dengan yang tak hidup.
Daur biogeokimia adalah daur ulang air dan unsur-unsur kimia yang melibatkan makhluk hidup dan batu-batuan.
Fungsi daur ini adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang telah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup dibumi dapat terjaga.

a.       Siklus Biogeokimia Karbon (C)
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen-komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Siklus biogeokimia secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
• Siklus pertama : siklus gas (gaseous cycle) yang prosesnya pada umumnya dimaksudkan berada dalam media atmosfer (troposfer)
• Siklus kedua : siklus biologi yang umumnya ditimbulkan oleh berbagai proses sintesa, dekomposisi, sekresi dan respirasi yang umunya dilaksanakan oleh unsur-unsur biotis hampir di permukaan tanah sebagai medianya. Sering media lingkungan berperan sebagai habitat (biosfer)
• Siklus ketiga : siklus biologis yang segala proses berkaitan dengannya dimaksudkan berada dalam  tanah atau air.
Beberapa proses yang termasuk dalam silkus biogeokimia adalah radiantenergy flow, fixed intersubstance energy flow, inorganics cycle, dan detritus food chain.
Siklus karbon adalah peredaran unsur karbon baik di dalam tanah maupun yang ada di udara. Dalam siklus karbon melibatkan unsur-unsur lain. Siklus karbon berkaitan dengan proses-proses dekomposisi bahan-bahan organis. Proses dekomposisi didapatkan pada rangkaian detrius food chain dengan dibantu oleh mikroorganisme melalui proses biologis. Proses dekomposisi yang terjadi di dalam tanah dapat dibagi melalui dua cara, yaitu dekomposisi aerobik (respirasi biasa) dan dekomposisi anaerobik (fermentasi).
Mekanisme siklus Karbon adalah sebagai berikut :
·         Unsur karbon dalam berbagai senyawa mulanya berasal dari senyawa CO2  yang berada dalam sumber udara yang boleh dikatakan tidak pernah habis. Melalui mekanisme sistem autotrof unsur karbon dalam senyawa CO2  dilibatkan mula-mula dalam proses fotosintesa untuk akhirnya diubah menjadi gula dimana unsur C itu terangkai dalam rumus molekul C6H12O6 atau bahan organik lainnya.
·         Sebagai sumber makanan di dalam tubuh autotrof setiap saat dimanfaatkan kemabali pada proses respirasi tumbuhan dan dikeluarkan CO2 tersebut ke udara kembali. Unsur karbon yang tadinya disintesa melalui fotosintesa pada tubuh autotrof, sebaliknya merupakan sumber makanan selanjutnya bagi herbivora atau mungkin pada saat autotrof itu layu dan mati berubah menjadi bagian dari detrius food chain
·         Setelah unsur karbon dari udara mengalami proses fotosintesa maka kehadiran dalam autotrof sebenarnya ada 4 jalur di dalam peredaran unsurnya sebagai berikut :
a. Melalui respirasi dibebbaskan dalam bentuk CO2 (disamping energi) ke udara
b. Merupakan bahan makanan (food chain) herbivora untuk selanjutnya dilibatkan dalam proses berikutnya nanti
c. Melalui proses fisiologi dari autotrof mengeluarkan berbagai eksereta
d. Melalui “aging process” autotrof nanti akan mati
Ketiga dan keeempat akhirnya masuk dalam proses detrius food chain yang kemudian melaui proses pembusukan dengan bantuan mikroorganisme (respirasi dan fermentasi) antara lain akan menghasilkan CH4 dalam wujud gas.
·         Di dalam udara hasil CH4 dari proses pembusukan detrius food chain dibebaskan kembali ke udara dan di sini dioksidir menjadi CO2 kembali sebagai bagian dari komposisi udara. Di udara CO2 ini merupakan “deposito” untuk sewaktu-waktu dilibatkan berulang dalam proses fotosintesa.
·         CO2 udara selai terlibat dalam proses fotosintesa, juga larut dalam sistem air dan berdisosiasi menjadi H + dan HCO3- atau CO3-. Kecepatan disosiasi CO2 dalam air tergantung pada pH mediannya. Didalam tanah maupun air CO2 bergabung dengan komponen kapur menjadi CaCO3 yang sebagian sebelum mencapai tingkat kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali menjadi ion CO3- dan selebihnya akan mengendap sebagai senyawa karbonta, senyawa karbon sebagai sedimen, tanah, fosil, minyak bumi atau batu gunung.
·         Sebaliknya sedimen-sedimen ini di gunung melalui erosi udara atau peristiwa pembakaran bahan-bahan minyak bumi bisa di kembalikan lagi ke wujud asalnya sebagai CO2 dan dibebbaskan ke udara.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9dF4fv0tEOB40nic6IDDXE84WvSkWrDLY4iVGThQB7QWSfNlGAc0DYfBlIQF3SC_2-BV40HmK4keuf2rFBAEH3ksP1iHV3qkFtbo7v90i97B3F1VAXU5jHzwRJ8jA16oQ07etHl0Jpiu/s1600/C+cycle.jpg
b.      Siklus Biogeokimia Hidrogen (H)
Siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak.
Contoh:
Luka bakar di udara atau oksigen murni dengan biru pucat, hampir tidak terlihat nyala. Juga dapat dilakukan untuk bereaksi dengan kebanyakan unsur, baik logam dan nonlogam. Ketika dikombinasikan dengan logam, membentuk senyawa disebut hidrida. Beberapa senyawa hidrogen akrab dengan nonlogam antara lain amonia (NH 3), hidrogen sulfida (H 2 S), hidrogen klorida (atau asam klorida, HCl), hidrogen fluorida (atau fluorida asam, H 2 F 2), dan air (H 2 O).
Penggunaan terbesar hidrogen adalah dalam produksi amonia. Amonia, pada gilirannya, digunakan dalam produksi pupuk dan sebagai pupuk itu sendiri. Ini juga merupakan bahan mentah untuk produksi bahan peledak. Hidrogen dalam jumlah besar juga digunakan dalam hidrogenasi, proses yang bereaksi dengan hidrogen cair minyak untuk mengkonversi lemak padat. Hidrogen digunakan dalam produksi bahan kimia penting secara komersial lain juga, yang paling mencolok, hidrogen klorida. Akhirnya, hidrogen bertindak sebagai agen pereduksi dalam berbagai proses industri. Sebuah agen pereduksi adalah zat yang bereaksi dengan bijih logam untuk mengubah bijih besi menjadi besi murni.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirFOv0OE4TpBWzDcE1HlH3bspism8HmBu4oI3s7NDJKSTWYNf3_jYjVBZdRx1aCfA0OwkYqwIx2Z203g_rl9Pc0g63-EKPOT3lA3cCYWzfcwd8J_kd8HuKM7Mv1O78wrsVTBOLQ6oc_7c/s320/watercyclebahasalow.jpg
c. Siklus Biogeokimia Oksigen ( O2 )
Tumbuhan dan binatang menghirup oksigen dari udara, yang lalu dimanfaatkan dalam proses kehidupannya. Tentu saja oksigen itu perlu diganti dengan yang baru, kalau tidak, kehidupan di bumi akan berhenti. Binatang menghirup oksigen (O2) dan menghembuskan karbondioksida (CO2). Di siang hari, pepohonan mengubah CO2 menjadi oksigen (O2) selama proses fotosintesis berlangsung, tumbuhan melepaskan oksigen ke atmosfir melalui daun mereka. Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi.
Siklus oksigen terkait dengan siklus karbon. Dari proses fotosintesis tanaman, dihasilkan oksigen ke udara. Oksigen(O2) ini diperlukan oleh organisme untuk respirasi, menghancurkan bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana (CO2). CO2 ini akan digunakan kembali untuk fotosintesis dengan hasil samping O2 (siklus berulang). Selain itu, O2 digunakan untuk pelapukan oksidatif dan pembakaran bahan baku fosil. Selain itu, O2 di udara dapat berbentuk ion, atom tereksitasi ataupun ozon O3 akibat pengaruh radiasi ultraviolet. Oksigen tereksitasi akan memancarkan cahaya tampak pada panjang gelombang tertentu menimbulkan fenomena cahaya langit (air glow). Sementara, ozon berfungsi sebagai pelindung bumi karena menyerap radiasi UV (Buchori dkk, 2001).




d. Siklus Biogeokimia Nitrogen (N)
1.    Daur Nitrogen
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.

e. Siklus Biogeokimia Sulfur  (S)
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini sering kali mematikan makhluk hidup diperaian dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua makhluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur antara lain, Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi suklfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Proses Terjadinya Sulfur
Sulfur terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan bakar fosil batu bara, atau terjadi akibat adanya aktifitas gunung berapi, lalu asapnya itu akan naik ke atmosfer, atau udara sulfur oksida itu akan berada diawan yang menjadi hidrolidid air membentuk H2SO4, awan akan mengalami kondensasi yang akhirnya menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan asam.
Air hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat peting untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO4), sulfat ini yang mampu berpindah dari bumi atau alam ketubuh tanaman/ tumbuhan melalui penyerapan sulphate oleh akar.Sulfur akan direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan berbentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. 
 Dalam daur belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Contoh siklus sulfur adalah terjadinya hujan asam.  Hal ini terjadi apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-butir air di awan. Jika kemudian turun hujan dari awan itu, air hujannya akan bersifat asam. Dalam bahasa Inggris peristiwa ini disebut dengan rain-out. Deposisi basah dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam, sehingga asam itu larut ke bumi. Peristiwa ini disebut wash-out.
Menurut Bambang Yulianto (1993) masalah deposisi asam terjadi di lapisan atmosfer terendah, yaitu di troposfer. Asam yang terkandung didalam deposisi asam ialah asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (NHO3). Keduanya merupakan asam yang sangat kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat, terutama dari gas NOx yang melalui proses fisik dan kimia di udara membentuk keasaman. Proses yang terjadi sangatlah kompleks yang melibatkan proses transportasi dan transformasi. Kontribusi air hujan untuk mengikat zat-zat polutan tersebut membentuk keasaman dalam bentuk senyawa H2SO4 dan NHO3.
Dalam konteks ini, dalam ilmu kimia, derajat keasaman diukur dengan pH yang menunjukkan kadar ion H+ yang terdapat dalam sebuah larutan yang dinyatakan dalam -log kadar H+. Karena pH menggunakan skala logaritma, tiap skala berarti kelipatan 10. Misalnya, pH 3 adalah 10 kali lebih asam dari pada pH 4 dan 100 kali asam dari pH 5. Sedangkan hujan yang normal, yaitu hujan yang tidak tercemar, mempunyai pH sekira 5,6. Jadi, bersifat agak asam. Hal ini disebabkan gas CO2 didalam air hujan. Asam karbonat itu bersifat asam yang tercemar oleh asam yang kuat, pH air hujan turun dibawah 5,6. Hujan inilah yang merupakan hujan asam.
f. Siklus Biogeokimia Fosfor (p)
Daur Fosfor adalah proses perubahan fosfat dari fosfat anorganik menjadi fosfat organik dan kembali menjadi fosfat anorganik secara kesinambungan dan tanpa jeda. Fosfor adalah komponen penting pada membran sel, asam nukleat dan tranfer energi pada respirasi sel. Fosfor juga ditemukan sebagai komponen utama dalam pembentukan gigi dan tulang vertebrata. Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik dan senyawa fosfat anorganik. Fosfat organik adalah sebutan untuk senyawa fosfat yang terkandung dalam binatang dan tumbuhan. Sedangkan fosfat anorganik adalah senyawa fosfat yeng terdapat pada tanah, batuan dan air.
Siklus fosfor atau daur fosfat diawali dengan pembentukan fosfat anorganik oleh alam. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-) dan banyak terdapat pada batu-batuan. Batu-batuan yang kaya dengan fosfat yang mengalami erosi dan pelapukan terkikis dan hanyut oleh air membentuk larutan fosfat. Larutan fosfat kemudia diserap oleh tumbuhan dan makhluk hidup autotrof seperti protista fotosintesis dan Cyanobacteri. Manusia dan hewan memperoleh fosfat dari tumbuhan yang dimakannya. Jika kandungan fosfta dalam tubuh makhluk hidup berlebihan maka fosfat akan dikeluarkan kembali kealam dalam bentuk urine ataupun feces yang kemudian diuraikan oleh bakteri pengurai kembali menjadi fosfat anorganik. Selain dari sisa-sisa metabolisme tubuh, fosfat juga di peroleh dari dekomposisi makhluk hidup yang telah mati oleh bakteri pengurai.
Fosfat juga seringkali digunakan sebagai pupuk penyubur tanah. Sumber fosfat bukan hanya berasal dari batu-batuan tapi juga dari kotoran hewan yang disebut guano. Guano adalah nama dari sejenis kotoran burung laut yang merupakan sumber utama fosfor dunia terutama yang kemudian diolah menjadi pupuk.




8. Struktur Ekosistem
Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi, tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu. Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal ikhwal tentang makhluk hidup, habitat, dan lingkungan. Struktur ekosistem terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Komponen abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya, matahari dan sebagainya.
2. Komponen biotik meliputi semua faktor hidup yaitu kelompok organisme produsen, konsumen dan pengurai. Organisme anggota komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Produsen, Konsumen dan dekomposer.
a. Produsen merupakan organisme autotrof yang mampu menghasilkan zat organik pembentuk tubuhnya dari zat-zat anorganik seperti air, dan mineral, yang termasuk ke dalam kelompok produsen ini adalah semua tumbuhan hijau yang dapat melakukan proses fotosintesis dan berkemampuan untuk menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat merupakan zat pembentuk dasar dari berbagai zat makanan, seperti protein dan lemak yang terbentuk sebagai hasil kombinasi dengan nutrisi lainnya seperti nitrat, fosfor dan potasium.
Contoh produsen dalam ekosistem : Padi, alga, lumut, dan semua tumbuhan hijau.
b. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkatketiga dan seterusnya. Konsumen, merupakan organisme heterotrof yang menggunakan zat organik yang berasal dari hasil produksai produsen, kemudian organisme heterotrof ini yang terdiri dari kelompok hewan terdiri dari beberapa tingkat yaitu:
1)konsumen primer berupa hewan herbivora (hewan pemakan tumbuhan secara langsung),
2) konsumen sekunder (kedua) berupa kelompok hewan pemakan herbivora,
3) konsumen tersier (ketiga), berupa kelompok hewan karnivora dan pemakan karnivora lainnya.
Kelompok konsumen ini mengubah bahan-bahan materi organik menjadi materi penyusun tubuhnya. Contoh konsumer dalam sebuah ekosistem : Ayam, Kambing, Harimau, Kuda, Kucing dll.
c. Dekomposer atau Pengurai. Dekomposer adalah komponen biotik yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, unsur hara dalam tanah yang telah diserap oleh tumbuhan akan diganti kembali, yaitu berasal dari hasil penguraian organisme pengurai. Berbagai jenis tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme merupakan makhluk hidup dan disebut sebagai komponen biotik.Kelompok pengurai ini umumnya terdiri atas kelompok bekteri dan jamur. Suatu ekosistem secara fundamental menunjukkan proses-proses sirkulasi materi, transformasi dan akumulasi energi melalui aktivitas organisme yang melibatkan kegiatan-kegiatan biologi seperti fotosintesis, dekomposisi, respirasi dan predasi, dengan demikian struktur dan fungsi ekosistem mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan lainnya. Pengurai, berupa kelompok organisme heterotrof yang menguraikan produsen dan konsumen yang telah mati, sehingga materi organik yang kompleks dapat diubah menjadi materi yang lebih sederhana dan akhirnya menjadi mineral-mineral yang dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Contoh organisme dekomposer adalah cacing tanah, bakteri pembusuk dan jamur
9. Fungsi Ekosistem
 Peran dan Fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur biogeokimiawi. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui proses penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari bahan-bahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen konsumen dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup yang telah mati menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan ulang oleh produsen dan konsumen kembali. Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut tidak saja melibatkan proses alir atau transfer energi, produksi, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur makhluk hidup yang kemudian akan mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi. Dalam proses fungsi ekosistem tersebut, juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik antara komponen ekosistem. Dalam hal tersebut, transfer energi dan nutrien yang berlangsung dari produsen ke konsumen, akan terjadi pengurangan energi akibat berpindah atau hilangnya energi ke lingkungannya. Sedangkan secara kualitatif dan kuantitatif, jumlah nutriennya relatif tetap, tidak akan berkurang karena aliran energi bersifat satu arah dan perpindahan nutrien cenderung berlangsung dalam suatu daur yang berlangsung dari komponen abiotik ke komponen biotik atau sebaliknya. Sehingga secara fungsional proses operasionalisasi ekosistem cenderung berlangsung terus menerus secara dinamis.
10. Rantai Makanan
Pengertian
Secara etimologis, rantai makanan dapat diartikan sebagai rangkaian yang tak terputus dari kegiatan makan-memakan. Menurut Kurniawan dkk, rantai makanan merupakan alur dari organisme yang saling memakan (2008: 226).
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Rantai_makanan menyebutkan bahwa rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan - herbivora - carnivora -omnivora).
Menurut Campbell dkk, a food chain is the sequence of food transfer from tropic level to tropic level. Rantai makanan diartikan sebagai urutan perpindahan makanan dari taraf trofi ke taraf trofi lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Sedangkan menurut Prawirohartono (2004: 124), rantai makanan adalah  peristiwa memakan dan dimakan dengan urutan dan arah tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa  rantai makanan adalah kegiatan makan-memakan antara organisme yang di dalamnya terjadi perpindahan materi atau energi.
Baik dalam rantai makanan maupun jaring-jaring makanan, terdapat beberapa istilah yang harus kita kita ketahui yakni :
a.       Produsen
Merupakan kelompok pertama dari rantai makanan yang biasanya terdiri atas tumbuh-tumbuhan hijau, yang mengkonversi sebagian energi dari matahari (melalui fotosintesis) melalui molekul-molekul organik yang digunakan dan disimpan dalam jaringannya. Pada ekosistem air, produsen utamanya adalah alga, sering dalam bentuk uniseluler yang membentuk fitoplankton.
b.      Konsumen
Merupakan hewan-hewan yang memakan tumbuhan hijau dan juga yang memakan satu sama lain. Konsumen primer adalah herbivora yang memakan tumbuh-tumbuhan produsen primer. Konsumen sekunder memakan konsumen primer, dan diikuti oleh konsumen tersier, kuartener, dan seterusnya dalam rantai makanan.
c.       Dekomposer (pengurai)
Terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari organisme itu ke rantai makanan.
Contohnya seekor rusa yang mati di padang rumput mungkin akan digerogoti oleh spesiespesies pemakan bangkai seperti burung bangkai dan gagak. Zat-zat yang tidak dimakan mengalami penguraian oleh bakteri dan jamur, sehingga bagian-bagian bangkai yang tidak dimakan oleh burung gagak, menjadi tersedia bagi organisme-organisme lain.
Mekanisme Rantai Makanan
Pada rantai makanan terdapat tingkatan/urutan organisme. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan (autotrof)  adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, yang terdiri atas hewan-hewan karnivora dan seterusnya sampai organisme mati dan diurai oleh dekomposer. Hasil rombakan dari dekomposer dapat dipergunakan kembali oleh organisme autotrof.
Berdasarkan jenis mata rantai pertamanya maka rantai makanan dapat dibedakan atas dua yakni tipe rantai makanan perumput  dan tipe makanan detritus. Dua jenis rantai makanan ini bisa terdapat dalam satu populasi atau beberapa populasi dalam suatu ekosistem.
a.       Rantai makanan perumput (grazing food chain)
Adalah rantai makanan yang dimulai dari tumbuhan sebagai produsen. Contohnya adalah gambar berikut ini:
Gambar 1. Contoh rantai makanan, tumbuhan sebagai produsen
b.      Rantai makanan detritus (detritus food chain)
Detrivitor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau deutritus. Merupakan hancuran jaringan hewan dan tumbuhan. Rantai makanan detritus adalah rantai makanan yang dimulai dari detritus atau organisme pemakan sisa.Contohnya adalah gambar berikut ini:
Gambar 2. Contoh rantai makanan detritus.
Pada gambar diatas, diketahui bahwa detritus bisa berupa hancuran jaringan hewan atau tumbuhan. Pada gambar (a), detritus berupa sisa jaringan hewan dimakan oleh ulat lalu tikus, ular dan burung. Namun pada akhirnya, semua organisme tersebut dapat menjadi detritus pula.  Sedangkan pada gambar (b), detritus berupa hancuran tumbuhan dimakan oleh kutu kayu yang selanjutnya dimakan oleh burung.


11. Jaring-Jaring Makanan
Pengertian
Pada uraian sebelumnya tentang rantai makanan, dijelaskan bahwa setiap organisme seakan-akan hanya memakan atau dimakan oleh satu organisme lain saja. Hal yang sebenarnya terjadi adalah dalam suatu ekosistem tidaklah demikian. Tiap organisme mungkin memakan atau dimakan lebih dari satu organisme dalam satu rantai makanan yang sama atau makan dari rantai makanan lain. Ini biasanya terjadi pada hewan karnivora taraf trofi tinggi.
Dalam ekosistem rantai makanan–rantai makanan itu saling berkaitan. Kebanyakan sejenis hewan memakan beragam, dan makhluk tersebut pada gilirannya juga menyediakan makanan untuk berbagai makhluk yang memakannya, maka terjadi yang dinamakan jaring – jaring makanan(food web). Jaring- jaring makanan merupakan rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan atau dimakan oleh satu jenis makhluk hidup lainnya.
Menurut Prawirohartono (2004: 126), dalam ekosistem terdapat banyak rantai makanan yang saling bertautan sehingga membentuk suatu jaring-jaring makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungaan.
Menurut Kurniawan dkk, jaring-jaring makanan adalah bentukan dari banyak rantai makanan yang saling berhubungan (2008: 226). Ekosistem yang terdiri atas banyak rantai makanan akan membentuk jaring-jaring makanan.
Berdasarkan beberapa penjelasan dan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa jaring-jaring makanan adalah kumpulan antara berbagai rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem

.    Mekanisme Jaring-Jaring Makanan
Untuk menjelaskan tentang mekanisme jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Contoh jaring-jaring makanan

Pada jaring-jaring makanan tersebut terdapat beberapa rantai makanan di antaranya adalah sebagai berikut
             Padi → tikus → elang → pengurai
             Padi → tikus → musang → elang → pengurai
             Padi → burung → musang → elang → pengurai
             Padi → burung → elang → pengurai
Pada gambar terlihat bahwa semua aktivitas makan memakan diakhiri oleh pengurai. Hal ini menunjukkan peran bakteri pengurai dalam ekosistem sangatlah penting yang berfungsi menguraikan dan menghancurkan zat penyusun tubuh menjadi hara yang selanjutnya zat hara ini kembali ke tanah. Dengan demikian pengurai merupakan penghubung antara konsumen dan produsen. Dengan adanya pengurai, akan menjamin ketersediaan zat hara sehingga kebutuhan tumbuhan akan zat hara tetap terpenuhi.
Apabila tumbuhan hidup subur, berarti tumbuhan tersebut menjamin ketersediaan makanan bagi herbivora. Meningkatnya herbivora menjamin ketersediaan makanan bagi karnivora. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa antara komponen dalam ekosistem yang satu dengan lainnya senantiasa berinteraksi dan terjadi kesalingtergantungan.

   Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
• Rantai makanan adalah kegiatan makan-memakan antara organisme yang di dalamnya terjadi perpindahan materi atau energi
• Berdasarkan jenis mata rantai pertamanya, rantai makanan dibedakan atas  dua tipe yaitu rantai makanan perumput dan rantai makanan detritus.
• Jaring-jaring makanan adalah kumpulan antara berbagai rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem.
• Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi dan kesalingtergantungan antar organisme guna kelangsungan hidupnya.



12. Daya Dukung Lingkungan
Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengertian (Konsep) dan Ruang Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut UU no 23/ 1997, daya dukung lingkunganhidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Menurut Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Oleh karena itu setiap makhluk yang hidup yang ada bertugas untuk menjaga keberadaan makhluk hidup lainnya sebaik mungkin agar terjadi hubungan yang baik yang terjalin antara satu makhluk dengan  makhluk yang lain sehinnga menjaga daya dukung antara masing lingkungan dan makhluk hidup.
Definisi Daya Dukung Lingkungan/ Carrying Capacity :
·         Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yang dapat didukung oleh suatulingkungan.
·         Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.
·         Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut.
·         Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa merusaklingkungan tersebut.
·         Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya. Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut.
Daya dukung lingkungan
Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup ruang untuhidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebutdaya dukung lingkungan.  Singkatnya, daya dukunlingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup. Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata letaknya. Ada bagianbagian bumi yang sangatakan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itupemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertaidengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan decara yang rasional antara lain sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui denganhati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta pendaurulangan (recycling).
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.
                Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya, Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya.
Sepanjang belum ada gangguan “paksa” maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang” Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula.
Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan.
Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu pabrik, tapi tidak untuk sebahagian tanaman lainnya.contoh : dengan buangan air pada suatu sungai mengakibatkan peternakan ikan mas tidak baik pertumbuhannya, tapi cukup baik untuk ikan lele dan ikan gabus.
Berarti daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan emas berbeda dengan daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan lelelgabus, Kenapa demikian, tidak lain karena parameter yang terdapat dalam air tidak dapat dinetralisasi lingkungan untuk kehidupan ikan emas.
Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi faktor daya dukung tergantung pada parameter pencemar dan makhluk yang ada dalam lingkungan.
Salah satu faktor yang berpengaruh besar dan juga sangat dipengaruhi oleh pembangunan adalah faktor sumber daya alam dan daya dukung lingkungan. Sumber daya alam dan daya dukung lingkungan ini salah satunya adalah lingkungan,fisik yang merupakan tempat dilaksanakannya pembangunan.
Dari kenyataan tersebut diperlukan adanya keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan daya dukung fisik. Untuk mencapai keserasian tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui kemampuan daya dukung lingkungan fisik. Dengan diketahuinya daya dukung lingkungan fisik, maka dapat ditentukan juga kegiatan pembangunan yang sesuai dengan daya dukung tadi.
Dalam penentuan kesesuaian lahan ini dilakukan delineasi wilayah menjadi kawasan lindung dan budi daya. Selanjutnya untuk kawasan budi daya difokuskan pada kesesuaian lahan untuk pertanian, hal ini didasari oleh peranan sektor pertanian yang masih dominan dan sesuai dengan arahan pengembangan Kabupaten DT II Ciamis yang secara umum difokuskan pada sektor pertanian. Faktor faktor penentunya ditekankan pada aspek fisik dasar yang meliputi kemiringan, ketinggian, jenis tanah, curah hujan dan tekstur tanah.
Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kawasan lindung terutama hutan lindung lebih terkonsentrasi di wilayah utara dan tengah. Untuk kawasan budi daya, dari hasil analisis kesesuian lahan gabungan terdapat enam kombinasi. Kombinasi ini secara umum merupakan kesesuaian lahan untuk beberapa kegiatan dalarn suatu kawasan.
Dari hasil analisis kesesuaian lahan gabungan dengan penggunaan lahan saat ini, penggunaan lahan yang telah sesuai dengan daya dukungnya sekitar 50%. Sedangkan dari pertampalan dengan Arahan Pemanfaatan Ruang dalam RUTRD terjadi perbedaan seperti kawasan lindung hasil analisis yang dijadikan kawasan budi daya dan sebaliknya.
Rekomendasi studi yang diajukan antara lain  adalah pengembangan lahan secara ekstensif untuk pertanian lahan basah yaitu sawah rigasi dan lahan keying terutama perkebunan. Hal lain adalah perlunya evaluasi terhadap RUTRD yang didasari perkembangan daya dukung lingkungan dan adanya beberapa ketidaksesuaian peruntukan lahan dengan daya dukung lingkungan.

Deskripsi Alternatif
Daya tampung lingkungan hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelang-sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup
Pembangunan Berkelanjutan yang Berwa-wasan Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Ekosistem adalah tatanan unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuk menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah rangkaian untuk memelihara kelang-sungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendu-kung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Daya Tampung Lingkungan Hidup  adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Pelestarian Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
Sumber Daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati, dan sumber daya buatan.
Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure lingkungan hidup.
Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan ling-kungan hidup tidak bisa berfungsi lkagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
13. Resilen atau daya lenting lingkungan
Daya Lenting (Resilience) adalah suatu sistem untuk kembali lagi ke kondisi awal/semula setelah mengalami gangguan baik itu dengan cara bertahan ataupun beradaptasi dengan perubahan. Di dalam suatu ekosistem dimana pada kasus ini adalah Ekosistem Terumbu Karang membutuhkan suatu sistem yang dinamakan sistem daya lenting yang dapat membuat ekosistem tersebut ketika mendapat gangguan dari luar yang menyebabkan kesehatannya terganggu dapat bertahan dan pulih kembali sehingga saat ekosistem tersebut dapat kembali normal.
Ada 2 (dua) komponen di dalam daya lenting yaitu:
(a) Kemampuan untuk menyerap atau menahan dampak tekanan/stres (Resistance) ,dan
(b) Kemampuan untuk pulih (Recovery)
Untuk tipe daya lenting dibagi menjadi 2 (dua) yaitu secara biologis dan sosial
a. Biologis
Daya Lenting Biologis adalah melihat kemampuan dari terumbu karang itu sendiri untuk bertahan/pulih kembali dari gangguan yang ada disekitarnya. ada beberapa syarat yang diperlukan oleh terumbu karang untuk memiliki daya lenting secara biologis yaitu pada saat rekrutmen atau saat tumbuh kembali. Rekrutmen adalah saat suatu karang yang mati karena gangguan tumbuh kembali dalam proses rekrutmen yaitu tumbuh di tempat lain (berbeda dengan tempat sebelumnya). Diperlukan kriteria-kriteria yang dapat menjamin proses rekrutmen terumbu karang bisa berjalan dengan baik seperti adanya ketersediaan substrat baru untuk larva karang baru menempel dan kemudian tumbuh. Kualitas air yang baik juga diperlukan seperti tersedianya suplai makanan, arus yang tidak terlalu kencang, sampainya cahaya matahari yang berarti perairan tersebut tidak keruh. Terakhir adalah adanya biota herbivora disekitar wilayah Rekrutmen tersebut untuk mengontrol jumlah alga yang tumbuh diwilayah tersebut karena alga merupakan kompetitor karang dalam proses rekrutmen. Sedangkan untuk tumbuh kembali, terumbu karang membutuhkan perbaikan dan pertumbuhan serta kompetitor yang tidak menganggu proses karang tersebut tumbuh kembali ditempat yang sama, untuk daya lenting tumbuh kembali, faktor dari terumbu karang itu sendiri lebih banyak berperan dalam keberhasilannya.

Untuk melihat apakah disuatu ekosistem terumbua karang tersebut proses daya lenting berjalan dengan baik dapat dilihat dari perhitungan Tutupan Karang Keras yang tinggi, Keanekaragaman Tinggi, Rendahnya gangguan serta penyakit, serta rentang (ukurang) koloni karang yang luas/lebar.

b. Sosial
Daya Lenting secara Sosial berarti adanya jaminan dari penduduk atau masyarakat sekitar untuk tidak adanya gangguan dari faktor manusia yang dapat menganggu ekosistem terumbu karang pada saat proses daya lenting berjalan untuk ekosistem tersebut kembali menjadi normal. Apablila faktor gangguan dari manusia dapat ditekan seminimal mungkin maka akan mengurangi tekanan dari terumbu karang itu sendiri sehingga persentase untuk Resistance dan Recovery kembali akan lebih tinggi.

MODEL DAYA LENTING
Model Daya Lenting yang dikeluarkan oleh TNC ini adalah sebagai acuan/referensi yang diperlukan untuk suatu wilayah/daerah yang ingin menetapkan Daerah Perlindungan Laut (DPL)/ Marine Protected Area (MPA) ada 4 (empat) komponen yang diperlukan:
1. Representasi dan Replikasi
Representasi berarti Keterwakilan dari suatu ekosistem/habitat sebagai contoh daerah tersebut memiliki karakteristik karang tepi, karang penghalang dsb berdasarkan karakteristik yang tersedia di wilayah tersebut dan memiliki pengulangan (minimal 3 area) dengan memiliki karakteristik yang serupa. misal, disuatu daerah yang akan dikaji memiliki minimal 3 tipe karang dengan tipe karang tepi atau memiliki 3 area yang memiliki tipe karang penghalang. Hal ini dimaksudkan sebagai penyebaran resiko dari suatu area tersebut, apabila satu area terganggu maka masih akan ada 2 (dua) area lagi yang bisa diamati/ dilanjutkan pengawasannya apabila satu area tersebut akhirnya tidak bisa diselamatkan.
2. Wilayah Kritis
Lokasi yang strategis untuk suatu ekosistem/habitat dimana dilokasi tersebut diketahui sebagai lokasi pemijahan atau refugia pemijahan dimana apabila wilayah tersebut terjaga maka sumber larva akan tersedia.
3. Konektivitas
Faktor pendukung kehidupan ekosistem/habitat (oseanografi). mengetahui aliran arus sebagai transport nutrien, upwelling, kecerahan di suatu daerah yang saling berkaitan antara suatu tempat dengan tempat lainnya.
4. Pengelolaan
Mengontrol ancaman dan mengurangi tekanan dari manusia merupakan faktor penting untuk menjamin karang sehat menghadapi perubahan iklim. Terjaminnya terumbu karang dari ancaman serta tekanan tersebut akan meningkatkan persentase/jumlah rekrutmen serta pemulihan dari terumbu karang itu. Elemen-elemen yang dibutuhkan dalam proses pengelolaan agar dapat berjalan dengan baik seperti:
a. Komunikasi yang sepaham dengan masyarakat, menemukan solusi dari masalah yang ada dan apa yang diinginkan oleh masyarakat
b. Evaluasi dari tiap program yang sudah dilaksanakan untuk pembelajaran masyarakat kedepannya
c. Pengelolaan disesuaikan dengan keadaan suatu wilayah dimana faktor kearifan lokal juga harus diperhatikan dalam penentapan suatu program/peraturan
d. Pendekatan personal atau kepada kelompok masyarakat untuk merangkul seluruh masyarakat dan mensosialisasi suatu program kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa berujung konflik/penolakan.
IDENTIFIKASI DAYA LENTING
1. Ekologi
Rekrutmen
Proses Rektrumen sangat dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor seperti proses fisik perairan yaitu arah arus dan upwelling, kelimpahan larva dalam suatu perairan, perilaku larva yaitu pola migrasi dan gerakan terhadap arus, ketersediaan substrat untuk menempel, dan faktor ekologi yang mempengaruhi ketahanan karang dalam proses pertumbuhannya seperti predasi, kompetisi dan suplai makanan.
Herbivor
Keberadaan biota-biota herbivor di suatu ekosistem terumbu karang penting adanya sebagai pengontrol pertumbuhan alga. beberapa herbivora terumbu karang yang terkenal seperti parrotfish (Family Scaridae), surgeonfish (Acanturidae), rabbitfish (Siganidae), batfish, and long-spined urchins (Diadema spp.) sangat berpengaruh terhadap kesehatan karang. Harus adanya keseimbangan jumlah antara karang dengan alga. jumlah alga yang berlebih akan mengancam keberadaan suatu terumbu karang, karena sekali alga sudah berkembang, akan susah untuk menghentikan trend tersebut. dibutuhkan regulasi atau peraturan yang jelas dan ketat terhadap penangkapan ikan di suatu wilayah terutama ikan-ikan herbivor karena apabila jumlah dari mereka sudah berkurang akan berdampak pada tidak terjaganya keseimbangan jumlah karang dengan alga.
2. Biologi
Perbedaan Genetik
Ada 3 faktor genetika yang berpengaruh terhadap daya lenting suatu karang yaitu:
a. Jaringan Pigmen Fluorescent: jaringan ini bermanfaat sebagai filter dari sinar UVC yang bermanfaat sebagai sistem pertahanan dari perubahan suhu yang bisa mengakibatkan pemutihan. semakin banyak jumlah jaringan ini dalam suatu karang maka akan meningkatkan ketahanan dirinya.
b. Integrasi antar koloni: kerapatan antar koloni satu dengan yang lainnya juga berpengaruh, apabila jarak antar koloni berdekatan maka apabila suatu koloni mengalami gangguan/penyakit akan menyebar lebih cepat ke koloni lainnya dibandingkan dengan karang dengan jarak antar koloni yang renggang, maka penyebaran penyakit antar koloni akan lebih lambat
c. Ketebalan Jaringan: Jaringan yang lebih tebal akan melindungi Zooxanthellae dari intesitas cahaya yang berlebih, sehingga memiliki kecenderungan untuk lebih resist.
Perbedaan Spesies
Perbedaan antar spesies karang berpengaruh terhadap daya toleran suatu karang terhadap perubahan suhu atau gangguan. genus karang seperti  Porites, Favia dan Goniastrea yang memiliki bentuk pertumbuhan massive  akan lebih kuat bertahan terhadap perubahan suhu dibandingkan spesies Acropora, Milepora dan Stylophora.
3.Faktor Fisik
Pendinginan
Pendinginan berasal dari pencampuran dinginnya air di perairan dalam dengan panasnya air permukaan. daerah-daerah tempat pencampuran ini akan mempengaruhi kesuburan wilayah tersebut dilihat dari faktor fisik untuk terumbu karang.
Keteduhan
Daerah yang memiliki bukit tinggi seperti patch-patch dimana ada terumbu karang dibawahnya akan terlindung dari sinar matahari langsung sehingga tidak terekspos lama oleh sinar matahari. Keteduhan suatu wilayah akan membantu terumbu karang dari bahaya pemutihan.
Penyaringan
Banyaknya partikel yang berada dikolom air membantu untuk menangkal bahaya radiasi dari cahaya matahari sehingga membantu terumbu karang dari ancaman pemutihan. partikel-partikel tersebut bermanafaat sebagai penyaring cahaya matahari.
Toleransi terhadap Stress
Karang yang hidup diperairan dangkal dimana dipengaruhi oleh pasang-surut yang seringkali terekspos langsung ke permukaan memiliki tingkat toleransi lebih tinggi terhadap perubahan yang ekstrim oleh alam. karang yang hidup di daerah seperti ini memiliki kecenderungan bertahan lebih tinggi dibandingkan karang-karang yang hidup diperairan dalam yang tidak terbiasa dengan perubahan suhu secara ekstrim sehingga pada saat terjadi perubahan suhu didalam air, karang tersebut akan mudah terganggu dan mengalami pemutihan karang.
14. Homeostatis
Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh. Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu (misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari mulai pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait.Stres berat atau lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi keseimbangan ini. Hal ini dapat menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga gangguan psikosomatis.

15. Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
·         memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
·         mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
·         mempertahankan hidup dari musuh alaminya. bereproduksi.
·         merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
Jenis Adaptasi
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.
1.       Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya.Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut:
a.       Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.
b.      Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
c.       Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.
d.      Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
e.      Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.
2.       Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut :
a.       Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b.      Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
c.       Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
3.       Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a.       Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b.      Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.
DAFTAR PUSTAKA