Nofi
Anggraeni/25010112120093/B
Teori Terjadinya
Penyakit
1. Teori
Hippocrates
Hippocrates (460-377SM)
dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern. Ia mengemukakan teori tentang sebab
penyakit, yaitu bahwa penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup
dan penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Teori ini dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates dikenal sebagai
orang yang tidak percaya akan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit
pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan
dan perilaku hidup penduduk dapat memengaruhi tersebarnya penyakit pada
manusia. Yang paling mengesankan pada ajaran Hippocrates ialah bahwa dia telah
meninggalkan cara-cara berfikir mastis-magis dan melihat segala peristiwa
penyakit-penyakit sebagai proses alamiah belaka.
2.
Teori Kontagion
Di Eropa, epidemi sampar,
cacar, dan demam tifus merajalela pada abad 14 dan 15. Pada saat itu mendorong
lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular.
Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan
bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular,
yaitu kantagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis
kantagion, yaitu:
1)
Jenis
kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersntuhan,
hubungan seksual.
2)
Jenis
kontagion yang menular melalui benda-benda perantara, misalnya pakaian, handuk,
sapu tangan.
3)
Jenis
kontagion yang dapat menularkan dalam jarak jauh.
Pada mulanya
teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang
baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak
berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro tetap dianggap sebagai salah satu
seorang perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian
mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan
kegiatan-kegiatan anti epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan
pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengelaman
praktek.
3.
Teori Miasma
Kira-kira pada
awal abad 18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk
menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap yang
dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang
membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara yang
dipercaya berperan pada penyebaran penyakit.
Pada saat itu
dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma (udara busuk), maka ia akan
terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup
rumah rapat-rapat terutama di malam hari, karena orang percaya udara malam
membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup seagai
salah satu upaya untuk terhindar dari miasma. Walaupun konsepmiasma pada saat
ini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah
menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
4.
Teori Kuman
Penemuan-penemuan di bidang
mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch
(1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era
keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba etiologi
penyakit.
Louis Pasteur pertama kali
mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi
kuman, maka jamur yang semestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati
terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi
yang ia temukan adalah dengan cara memanasi cairan anggur sampai temperatur
tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati, tapi cairan tidak rusak.
Temuan yang paling mengesankan adlah keberhasilannya mendeteksi virus rabies
dalam organ saraf anjing dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas
rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur
dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan
tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal di bidang mikrobiologi
adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1)
Kuman
harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
2)
Kuman
dapat diisolasi dan dibuat biakannya.
3)
Kuman
yang dibiakkan dapatditularkan secar sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan
penyakit yang sama.
4)
Kuman
tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.
5.
Jala-jala Kaukasi
Model ini
dicetuskan oleh Mac Mahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau
penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan
tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai
akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai
promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif
dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu
sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau
berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan
oleh gejala sama, mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial,
perilaku, lingkungan, tempat kerja, dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan
demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
rantai pada berbagai titik.
6.
Model Roda
Model ini menggambarkan
hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas
manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan
biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat
relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada
penyakit herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit
campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor
genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal
stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih
besar.
7. Model Gordon
Teori ini di
kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai
dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit
pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang
pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni lingkungan
(L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model
ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi
ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
B = host/populasi berisiko tinggi, dan
C = lingkungan
Interaksi
di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap
elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat,
seperti gambar di bawah ini :
A H
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga
unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak
tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum
tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan
analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada (Juli Soemirat,
2010:23-24).
Daftar pustaka:
FKM. Modul Dasar Epidemiologi Semester 3. Semarang.
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar