SELAMAT DATANG DIBLOG NOFI ANGGRAENI

Selasa, 26 Maret 2013

TEORI TERJADINYA PENYAKIT


Nofi Anggraeni/25010112120093/B

Teori Terjadinya Penyakit
1.    Teori Hippocrates
Hippocrates (460-377SM) dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern. Ia mengemukakan teori tentang sebab penyakit, yaitu bahwa penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup dan penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori ini dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates dikenal sebagai orang yang tidak percaya akan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat memengaruhi tersebarnya penyakit pada manusia. Yang paling mengesankan pada ajaran Hippocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mastis-magis dan melihat segala peristiwa penyakit-penyakit sebagai proses alamiah belaka.

2.    Teori Kontagion
Di Eropa, epidemi sampar, cacar, dan demam tifus merajalela pada abad 14 dan 15. Pada saat itu mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular, yaitu kantagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kantagion, yaitu:
1)    Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersntuhan, hubungan seksual.
2)    Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara, misalnya pakaian, handuk, sapu tangan.
3)    Jenis kontagion yang dapat menularkan dalam jarak jauh.
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro tetap dianggap sebagai salah satu seorang perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan anti epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengelaman praktek.

3.    Teori Miasma
Kira-kira pada awal abad 18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara yang dipercaya berperan pada penyebaran penyakit.
Pada saat itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma (udara busuk), maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari, karena orang percaya udara malam membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup seagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma. Walaupun konsepmiasma pada saat ini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.

4.    Teori Kuman
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman, maka jamur yang semestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah dengan cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati, tapi cairan tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adlah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal di bidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1)    Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
2)    Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya.
3)    Kuman yang dibiakkan dapatditularkan secar sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan penyakit yang sama.
4)    Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.

5.    Jala-jala Kaukasi
Model ini dicetuskan oleh Mac Mahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala sama, mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja, dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.

6.    Model Roda
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.

7.    Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni lingkungan (L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
B = host/populasi berisiko tinggi, dan
C = lingkungan
            Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :

A                                                                                  H

 


Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada (Juli Soemirat, 2010:23-24).

Daftar pustaka:
FKM. Modul Dasar Epidemiologi Semester 3. Semarang. 2010